Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Varian kraken Covid-19 sudah masuk Indonesia. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
Melansir Kontan, Budi Gunadi menjelaskan, varian kraken memang memiliki daya penularan yang cepat, namun cenderung lemah. Artinya varian kraken tak menyebabkan hospitalisasi atau tingkat yang dirawat di rumah sakit menjadi tinggi.
Lantas, apa saja gejala varian karaken?
Mengenal varian kraken dan gejalanya
Melansir Evening Standard, Profesor Tim Spector, dari King's College London dan pendiri aplikasi Covid Zoe, menuliskan tweet:
"XBB bisa menjadi varian baru yang harus diperhatikan pada tahun 2023."
Dikenal sebagai varian XBB.1.5, ini adalah versi mutasi dari Omicron XBB dan telah menyumbang sekitar 40% kasus Covid di AS.
Varian ini telah dijuluki "Kraken" dan para ahli kesehatan memperingatkan tentang lonjakan garis keturunan Omicron baru musim gugur lalu.
Baca Juga: Kapan Vaksinasi Covid-19 untuk Anak 6 Bulan ke Atas Dimulai? Ini Kata Kemenkes
Apa varian XXB.1.5?
Saat virus bereplikasi, gennya mengalami mutasi genetik acak dan, seiring waktu, perubahan protein atau antigen permukaan virus terjadi dan menghasilkan varian.
Maria Van Kerkhove, kepala teknis Covid untuk WHO, mengatakan: "Alasannya adalah mutasi yang ada dalam subvarian Omicron ini, memungkinkan virus ini menempel pada sel dan bereplikasi dengan mudah."
Dia menambahkan varian baru telah ditemukan di 29 negara dan kemungkinan lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.
Ilmuwan AS Eric Topol menambahkan bahwa "kami belum pernah melihat pertumbuhan varian yang begitu cepat" sejak Omicron asli muncul hampir setahun yang lalu.
Seorang ahli virologi di Universitas Johns Hopkins, Andrew Pekosz, menambahkan bahwa XBB.1.5 memiliki mutasi tambahan, membuatnya mengikat lebih mudah dan lebih baik ke sel lain.
“Virus perlu mengikat erat sel agar lebih efisien untuk masuk dan itu dapat membantu virus menjadi sedikit lebih efisien dalam menginfeksi manusia,” jelasnya.
Varian baru telah terdeteksi di setidaknya 74 negara, termasuk Inggris, China, AS, India, Pakistan, Indonesia, dan Australia - dan sekarang Afrika Selatan.
Baca Juga: Epidemiolog: Vaksinasi Booster Harus Terus Diperkuat di Masa Transisi Pandemi