Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Data tersebut menambah menguatkan penelitian dari Brasil bahwa vaksin Sinovac lebih efektif daripada yang dibuktikan dalam fase pengujian.
Sebelumnya, penelitian di Brasil diliputi oleh kecurigaan terkait perbedaan tingkat efektivitas dan pertanyaan mengenai transparansi data.
Hasil dari uji coba Fase III terbesar di Brasil menempatkan vaksin yang juga dikenal sebagai CoronaVac ini efektif sedikit di atas 50 persen. Hasil itu merupakan yang terendah di antara semua vaksin Covid-19 generasi pertama.
Populasi yang diinokulasi
Juru bicara Sinovac di Beijing menyatakan, perusahaan tidak dapat mengomentari studi Indonesia sampai memperoleh rincian lebih lanjut.
Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg, Selasa (11/5/2021), CEO Sinovac Yin Weidong membela perbedaan dalam data klinis terkait vaksinnya. Menurutnya, ada bukti yang berkembang bahwa CoronaVac berkinerja lebih baik ketika diterapkan di dunia nyata.
Baca Juga: Akhirnya! WHO beri persetujuan darurat vaksin Covid-19 China
Tetapi, contoh dunia nyata juga menunjukkan, kemampuan vaksin Sinovac untuk memadamkan wabah membutuhkan sebagian besar orang di vaksin (efektivitasnya bergantung jumlah inokulasi massal).
Bloomberg menilai, skenario itu tidak dapat dicapai oleh negara berkembang, dengan infrastruktur kesehatan yang buruk dan akses terbatas ke vaksin.
Dalam studi pekerja kesehatan Indonesia, dan studi lainnya di kota Brasil yang berpenduduk 45.000 orang bernama Serrana, hampir 100 persen orang yang diteliti telah divaksinasi penuh, menunjukkan risiko penyakit serius dan kematian menurun setelah inokulasi.
Baca Juga: Mengapa harus tetap disiplin prokes meski sudah divaksin Covid-19? Ini penjelasannya