Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tampak agresif memburu utang baru. Sepanjang tahun lalu, misalnya, nilai Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah bertambah 14,49% menjadi sekitar US$ 177,32 miliar atau sekitar Rp 2.393,82 triliun (kurs US$ 1=Rp 13.500).
Secara umum, total utang luar negeri Indonesia sampai Desember 2017 mencapai US$ 352,25 miliar pada Desember 2017, naik 10,1% dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Porsi utang pemerintah berkontribusi 50,34% terhadap total utang Indonesia.
Bank Indonesia (BI) mencatat, laju utang pemerintah lebih tinggi dibandingkan ULN swasta. Maklum, utang luar negeri swasta US$ 141,38 miliar atau bertambah 6,91% dibanding Desember 2016.
Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia terbaru yang dirilis BI, Senin (19/2), kenaikan utang luar negeri Indonesia mengimbangi peningkatan kebutuhan pembiayaan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya. Di sisi lain, kemampuan membayar utang Indonesia menipis. Salah satu indikatornya, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) naik menjadi 34,82% dari tahun sebelumnya yang sebesar 34,30%.
Apakah masih aman dengan posisi utang itu? BI melihat, peningkatan rasio utang terhadap PDB masih di level aman. Rasio utang Indonesia juga jauh lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, yang di atas 40% terhadap PDB.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai wajar jika utang Pemerintah Indonesia bertambah besar. Utang masih jadi pilihan untuk menambal bolong anggaran negara (APBN).
Kenaikan rating ke level investment grade dari Standard and Poor's turut mendorong nafsu berutang. Maklum, kenaikan rating itu membuat biaya utang makin murah.
Nah, Ekonom BCA David Sumual juga melihat, posisi utang Indonesia masih dalam taraf aman. Sebab, "Kendati sejak tahun 2015 utang luar negeri naik terus, ekonomi juga semakin pulih," kata dia.
Meski begitu, David mengingatkan agar pemerintah berhati-hati mengelola risiko utang luar negeri. Salah satunya, pemerintah memacu ekspor. Jika ekspor melejit, kemampuan membayar utang juga meningkat.
Tahun ini, kata David, utang luar negeri Indonesia akan naik lagi seiring tren laju ekonomi. Utang pemerintah mendominasi, sementara swasta cenderung menahan diri. "Swasta akan memilih utang dalam negeri karena bunga utang luar negeri berpeluang naik terkerek kenaikan bunga The Fed," jelas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News