Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus meningkat hingga akhir tahun 2017. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, peningkatan utang didominasi oleh pemerintah, sedangkan sektor swasta justru mengerem laju utang. Kondisi perekonomian yang belum pulih diperkirakan menjadi salah satu alasannya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, sampai Desember 2017 total ULN swasta mencapai US$ 171,62 miliar. Jumlah itu naik tipis 0,04% dibandingkan sebulan sebelumnya. Pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan November 2017 yang naik 1,61% dari Oktober menjadi US$ 171,56 miliar.
Pelambatan pertumbuhan ULN swasta terjadi karena perusahaan bukan bank mengurangi utang. Pada Desember 2017, ULN non bank sebesar US$ 141,28 miliar, turun dari November US$ 142,1 miliar. Sedangkan kelompok bank masih menambah utang dari US$ 29,46 miliar menjadi US$ 30,24 miliar.
Data pelambatan pertumbuhan ULN swasta semakin menimbulkan tanda tanya jika dilihat berdasarkan penggunaan utang. Pasalnya, utang untuk modal kerja malah menyusut pada Desember 2017, setelah mencatatkan kenaikan pada November. Padahal, utang modal kerja adalah salah satu indikator pertumbuhan ekonomi pada periode mendatang.
Wakil Ketua Umum Bidang Perhubungan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Carmelita Hartoto menyebut, swasta masih enggan mencari utangan ke luar negeri karena likuiditas di dalam negeri melimpah. "Dengan adanya program tax amnesty pemerintah, banyak perusahaan sektor keuangan yang over liquid, sehingga untuk sementara ini tidak memerlukan ULN," jelas Carmelita, Senin (19/2).
Carmelita menyoroti penurunan ULN swasta di sektor pertambangan yang melemah. ULN swasta di sektor pertambangan tercatat US$ 22,89 miliar pada Desember 2017. Padahal, ULN pertambangan pada November sempat melonjak menjadi US$ 23,41 miliar dari Oktober 2017 sebesar US$ 22,89 miliar. "Harga energi berbasis fosil masih fluktuatif, perusahaan pertambangan masih menunda untuk capital expenditure," papar Carmelita.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Sutrisno bilang pelambatan utang swasta pada Desember 2017 tidak perlu dikhawatirkan. "Itu biasa, selalu terjadi pada akhir tahun karena sudah tutup buku," kata Benny.
Apindo yakin optimisme pengusaha pada tahun ini jauh lebih baik dibandingkan tahun 2017. Apalagi di tahun 2018, Apindo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik menjadi 5,2%, dari tahun 2017 yang hanya 5,07%. Kenaikan pertumbuhan ekonomi didukung pertumbuhan industri akibat semakin pulihnya daya beli masyarakat.
Jangka panjang
Pengamat ekonomi Eric Sugandi menganalisa, pelambatan pertumbuhan ULN swasta terjadi karena perusahaan membayar cicilan utang yang lebih besar pada akhir tahun. "Pada saat bersamaan, korporasi-korporasi memang tidak agresif cari utangan pada akhir tahun," jelas Eric.
Khusus untuk sektor pertambangan, Eric melihat perusahaan tambang sudah tidak ingin menambah utang pada Desember. Pasalnya, perusahaan-perusahaan tersebut sudah menarik banyak utang pada November 2017.
Secara keseluruhan, Eric tidak melihat adanya potensi kelesuan sektor swasta. Menurutnya, lambatnya ULN karena sektor swasta sengaja mengurangi utang jangka pendek, sedangkan utang jangka panjang masih bertambah.
Pada Desember 2017, ULN swasta jangka panjang (di atas 1 tahun) US$ 125,56 miliar, naik dari sebulan sebelumnya US$ 124,22 miliar. Sedangkan utang jangka pendek turun dari US$ 47,34 miliar jadi US$ 46,06 miliar. Menurut Eric, ini strategi memperbaiki kesehatan keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News