Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus 2025. Kebijakan ini merupakan bagian dari pelonggaran kumulatif sebesar 100 bps sejak awal tahun.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengelola inflasi dalam kisaran target, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Keputusan ini mencerminkan langkah lanjutan BI dalam mendukung pertumbuhan, sejalan dengan stabilitas makroekonomi dan program pemerintah.
Inflasi ini diperkirakan tetap terkendali dalam kisaran target 1,5%-3,5% hingga akhir tahun, dengan realisasi inflasi Juli sebesar 2,4%. Inflasi inti tetap rendah berkat ekspektasi inflasi yang terjaga, kapasitas ekonomi yang longgar, serta dampak positif digitalisasi. Sementara itu, inflasi pangan yang sempat bergejolak diperkirakan tidak menjadi risiko utama ke depan.
Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksi Ekonomi RI Capai 5,3% pada 2026
BI juga memproyeksikan nilai tukar rupiah akan stabil dengan kecenderungan menguat. Per akhir Juli, rupiah tercatat menguat 1,3% terhadap dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan devisa berada di level US$152 miliar, sedikit turun dari US$152,6 miliar pada Juni.
Analis Maybank Sekuritas, Brian Lee Shun Rong, menilai kebijakan ini sejalan dengan pandangan non-konsensusnya. Ia memperkirakan BI masih akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps lagi hingga akhir 2025 menjadi 4,5%, lalu turun ke 4% pada 2026.
“Melemahnya dolar AS dan aliran modal asing masuk akan memberi ruang lebih bagi BI untuk melonggarkan kebijakan,” kata Brian dalam risetnya tertanggal 20 Agustus 2025.
Dorong kredit dan likuiditas
Meski suku bunga acuan telah turun, penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan lambat. BI mencatat bunga kredit rata-rata per Juli 2025 masih sebesar 9,16%, tidak berubah dari bulan sebelumnya dan hanya turun tipis dari 9,2% pada akhir 2024.
Pertumbuhan kredit juga melambat ke 7,03% di Juli, terendah sejak Maret 2022, dari 7,8% pada Juni. Kredit konsumsi tumbuh 8,1%, kredit modal kerja hanya 3,1%, sementara kredit investasi mencatatkan pertumbuhan lebih kuat sebesar 12,4%.
Untuk mempercepat transmisi kebijakan, BI meningkatkan dukungan likuiditas dengan mengarahkan operasi moneter ke tenor lebih pendek, mengurangi penerbitan SRBI, serta membeli lebih banyak Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II 2025, ditopang oleh ekspor, peningkatan belanja pemerintah, serta investasi sektor transportasi, pertanian, dan ekspor. BI menargetkan pertumbuhan PDB 2025 di kisaran 5,1% atau lebih tinggi, sementara Maybank memperkirakan di level 4,9%, dengan realisasi semester I sebesar 5%.
Baca Juga: BI: Hampir 80% Eksportir Mengkonversi Devisanya ke Rupiah
Namun, BI mencatat risiko dari melambatnya pertumbuhan global, yang diperkirakan tak mencapai target 3% akibat meningkatnya tensi perdagangan global, termasuk dampak tarif balasan dari Amerika Serikat.
Sejalan dengan program pemerintah dalam Asta Cita, BI menyatakan komitmennya untuk terus bersinergi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk melalui kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mengimbangi peningkatan belanja fiskal.
Selanjutnya: Prakiraan Cuaca (22 Agustus 2025) Jakarta, Mencakup Seluruh Wilayah
Menarik Dibaca: Menu Pantangan Asam Urat dari Jeroan hingga Sate, Jangan Sampai Ada di Piring
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News