Reporter: Indra Khairuman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kiwoom Research memproyeksi, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) mendatang akan menjadi perhatian terkait potensi penurunan suku bunga acuan atawa BI Rate.
Kiwoom Research pun melihat BI berpotensi pangkas suku bunga 25 bps menjadi 5,5% pada Rabu (21/5).
“Probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps ini bisa terus terbuka apabila penguatan rupiah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menguat secara konsisten dalam beberapa hari ke depan,” kata Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (20/5).
Asal tahu saja, saat ini, suku bunga acuan berada di level 5,75%.
Liza juga melihat, dalam pandangan pesimis, BI juga bisa mempertahankan suku bunga demi menjaga perbedaan suku bunga, untuk stabilisasi rupiah serta menghindari tekanan outflow.
“Dalam konteks ini, BI kemungkinan besar akan mempertahankan kebijakan ketat sebagai perisai terhadap ketidakpastian global dan potensi lonjakan volatilitas pasar keuangan,” ujar Liza.
Baca Juga: Bank Permata: BI Diproyeksi Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,50% di Mei 2025
Sebaliknya, dalam pandangan optimistis, stabilitas rupiah yang relatif bisa terjaga dan berada di kisaran Rp16.435 per dolar Amerika Serikat (AS) memberi kesempatan bagi BI untuk melonggarkan kebijakan dengan hati-hati.
“Situasi serupa terjadi pada 17-18 September 2024, saat BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6,25% menjadi 6%,” ucap Liza.
Ini menunjukkan bahwa keputusan untuk melonggarkan kebijakan moneter bisa diambil jika kondisi mendukung.
Faktor global juga memberikan dampak yang signifikan dalam keputusan bank sentral selanjutnya.
Salah satunya adalah peringkat utang AS yang dipangkas Moody’s dari AAA menjadi Aa1 berpotensi meningkatkan minat untuk pelepasan aset berbasis dolar, yang bisa mendukung penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
“Meskipun inflasi AS telah menurun, The Fed belum juga memangkas suku bunga,” kata Liza. Menandakan bahwa suku bunga riil dari AS tetap tinggi, sehingga membuka ruang untuk easing yang lebih cepat.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,5% di Mei 2025
Tren kebijakan regional pun menjadi pertimbangan. Rapat bank sentral China (PBOC) diperkirakan menghasilkan pemangkasan China Loan Prime Rate sebesar 10 bps.
“Sentimen pelonggaran regional bisa memperkuat argumen bahwa Indonesia juga punya ruang untuk mulai menurunkan suku bunga,” jelas Liza.
Selanjutnya: Menkeu: Penyusunan Kerangka Ekonomi Makro 2026 Hadapi Tantangan Berat
Menarik Dibaca: OJK : Pengaturan Bunga Pinjaman Online Untuk Lindungi Konsumen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News