kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,34   -8,02   -0.86%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UNICEF: Masih banyak anak Indonesia yang mengalami deprivasi di usia dini


Kamis, 23 Juli 2020 / 15:37 WIB
UNICEF: Masih banyak anak Indonesia yang mengalami deprivasi di usia dini
ILUSTRASI. A UNICEF logo is pictured outside their offices in Geneva, Switzerland, January 30, 2017. Picture taken January 30, 2017. REUTERS/Denis Balibouse


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Social Policy Specialist The United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) Ratnawati Muyanto mengatakan, saat ini jumlah anak-anak di Indonesia adalah sekitar 80 juta, atau 30,1% dari total penduduk.

Berdasarkan kajian yang dilakukan UNICEF dengan mitra pembangunan, diperkirakan bahwa 90% anak, terutama perempuan, pernah mengalami suatu bentuk kemiskinan selama hidup.

Adapun tingkat kemiskinan anak secara multidimensi atau multidimentional child poverty (MCP) ini, dihitung tidak hanya melalui pendekatan moneter ataupun keuangan.

Baca Juga: Jadi penyedia vaksin, Pefindo tegaskan peringkat Bio Farma di idAAA

"Kami juga memasukkan unsur-unsur lain, di dalam depriviasi atau MCP agar lebih luas cakupannya," ujar Ratna di dalam diskusi virtual, Kamis (23/7).

Beberapa unsur yang dimasukkan di dalam penghitungan ini misalnya apakah anak pernah mengalami perundungan, apakah mereka bisa mengakses air bersih, apakah mereka bisa memperoleh atau mengakses buku-buku untuk pendidikan dasarnya, dan apakah anak-anak itu bisa mendapatkan perhatian yang baik dari orang tuanya dalam proses pengasuhan.

Ratna melanjutkan, di dalam kajian tersebut diketahui bahwa banyak anak Indonesia yang berumur 0 tahun - 4 tahun mengalami deprivasi di bidang kesehatan yang tidak memadai.

Hal ini, utamanya disebabkan oleh kurangnya akses terhadap imunisasi, dan juga keterbatasan akses terhadap jaminan sosial dalam hal ini BPJS Kesehatan.

Baca Juga: Apa, sih, yang harus dilakukan ketika anak diare?

"Mungkin kita sudah pernah mendengar bahwa program BPJS Kesehatan saat ini sudah universal coverage, hanya saja mungkin banyak isu yang terkait tentang implementasi di lapangan, mengapa anak-anak misalnya masih terbatas untuk mengakses imunisasi atau memperoleh layanan kesehatan lainnya di fasilitas kesehatan (faskes)," paparnya.

Kemudian, pada saat seorang anak memasuki usia 5 tahun - 17 tahun mereka cenderung mengalami deprivasi dalam bidang pendidikan dan juga tempat tinggal.

Menurut Ratna, hal ini terkait dengan masalah infrastruktur pendidikan Indonesia yang kurang merata, serta juga terkait dengan lingkungan tempat tinggal anak-anak tersebut yang berada pada wilayah yang sulit dijangkau.

Jadi semakin meningkat usianya, anak-anak ini mengalami deprivasi yang semakin tinggi dalam akses pendidikan dan juga kualitas tempat tinggalnya.

Baca Juga: Cara merawat kesehatan mental bisa diajarkan ke anak, bisa dicoba

"Suatu kebijakan yang sifatnya universal tuition fee misalnya ya di bidang pendidikan. Ini mungkin sesuatu yang perlu kita pikirkan bersama, bagaimana supaya pendidikan itu bisa dijangkau gratis dan juga mengcover pocket money dari si anak ketika dia harus menjangkau sekolahnya," kata Ratna.

Apabila merujuk pada data Susenas BPS tahun 2018, diketahui bahwa secara persentase kemiskinan anak di desa lebih tinggi daripada anak-anak di kota, yaitu sebesar 15,7% kemiskinan anak di desa dan 8,9% kemiskinan anak di kota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×