kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Uni Eropa Embargo Minyak Rusia dan Potensi Pembengkakan Anggaran Subsidi Energi


Minggu, 05 Juni 2022 / 21:06 WIB
Uni Eropa Embargo Minyak Rusia dan Potensi Pembengkakan Anggaran Subsidi Energi


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uni Eropa telah melarang sebagian besar impor atau embargo minyak mentah dari Rusia, sebagai salah satu sanksi sejak negara beruang merah menyerang Ukraina.

Keputusan tersebut cukup membuat harga minyak makin mendidih. Adapun, di sepanjang pekan ini, harga minyak mentah Brent ditutup di level US$ 119,72 per barel atau naik 0,24% dalam satu pekan.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terpantau ditutup ke level US$ 118,87 per barel atau naik 3,3% dalam satu minggu.

Analis makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz melihat, adanya embargo ini memang berpotensi mengerek harga minyak global. Karena, secara tidak langsung suplai global berkurang akibat produksi minyak Rusia yang tidak boleh dibeli.

Baca Juga: Uni Eropa Embargo Minyak Rusia, Ini Dampaknya ke Indonesia

Dengan peningkatan harga minyak global, tentu memberi dampak kepada Indonesia. Faiz menduga, Indonesia bisa merogoh kocek lebih dalam untuk anggaran subsidi dan kompensasi bila memang ingin menjaga harga energi dalam negeri untuk tidak melambung.

Pada akhir bulan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi sekitar Rp 520 triliun.

Faiz melihat, angka tersebut memang nilai yang diperlukan pemerintah saat ini di tengah gejolak global.

“Angka Rp 520 triliun sudah cukup karena ini termasuk kompensasi dan tidak hanya subsidi. Karena harapannya dari sisi penerimaan pun Indonesia tetap mendapatkan windfall yang kemudian mengerek penerimaan,” tutur Faiz kepada Kontan.co.id, Minggu (5/6).

Namun, Faiz melihat memang ada potensi pembengkakan kebutuhan subsidi dan kompensasi bila kondisi embargo makin parah dan menyebabkan harga minyak global terus mendaki.

Bila rata-rata harga minyak global lebih dari US$ 120 per barel pada tahun ini, maka mau tidak mau pemerintah harus menambah angka subsidi dan kompensasi tersebut.

Namun, sejauh ini Faiz belum memiliki hitungan berapa kocek tambahan yang harus dirogoh pemerintah karena ini sangat bergantung dengan kondisi harga minyak tersebut.

Baca Juga: Pemangkasan Anggaran Kementerian dan Lembaga Bisa Tekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

“Tetapi, sejauh ini perkiraan kami untuk rata-rata tahun ini masih di kisaran US$ 119 per barel, meski pada kuartal III-2022 kami perkirakan bisa US$ 141 per barel. Namun, kemarin tambahan Rp 520 triliun tersebut sudah mengakomodir kalau harga rata-rata minyak global ke US$ 120 per barel,” tambah Faiz.

Lebih lanjut, selain mempengaruhi kondisi minyak global dan anggaran subsidi serta kompensasi, embargo ini juga akan berimbas ke harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).

Menurut Faiz, bila embargo berlangsung lama dan tidak ada langkah lanjutan dari negara-negara organisasi pengekspor minyak (OPEC), maka harga ICP bisa melambung lebih dari US$ 100 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×