Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada bulan April 2020 sebesar US$ 400,2 miliar. Posisi ULN ini tumbuh 2,9% secara year-on-year (yoy), atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada bulan Maret 2020 yang sebesar 0,6% yoy.
Adapun ULN sektor publik baik dari pemerintah dan bank sentral tercatat sebesar US$ 192,4 miliar, sedangkan ULN sektor swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar US$ 207,8 miliar.
Sejalan dengan realisasi tersebut, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, pemerintah perlu mencermati risiko debt to service ratio (DSR) bisa cenderung memburuk.
Baca Juga: Rasio utang luar negeri Indonesia 36,5% terhadap PDB, begini penjelasan BI
"Pada kuartal IV-2019 DSR mencapai 18%, sedangkan di kuartal I-2020 meningkat menjadi 27,6%. Kenaikan DSR menunjukkan kenaikan utang yang meskipun rendah tetapi tidak diimbangi dengan penerimaan valuta asing (valas) misalnya dari aktivitas ekspor. Jadi kemampuan bayar utang luar negeri menurun," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (15/6).
Selain itu, BI mencatat tren perlambatan ULN swasta juga masih terus berlanjut. ULN swasta pada akhir April 2020 tumbuh sebesar 4,2% yoy, masih tumbuh melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan di bulan sebelumnya yang sebesar 4,7% yoy.
Menurut Bhima, realisasi ULN swasta yang lebih rendah dari tahun sebelumnya menjadi indikator perusahaan swasta sedang menahan untuk ekspansi. Faktor permintaan ekspor yang anjlok dan belum adanya tanda pemulihan permintaan domestik, akhirnya membuat swasta mengerem utang.