Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
Selain target defisit anggaran yang lebih kecil, Luky mengatakan, nilai surat utang jatuh tempo juga sudah dikendalikan sehingga tidak terlampau tinggi di tahun depan.
Dengan target penerbitan SBN bruto Rp 735,52 triliun dan SBN neto Rp 389 triliun, maka jumlah SBN jatuh tempo diperkirakan berkisar Rp 346,5 triliun.
Baca Juga: Jadi sumber pembiayaan baru, pemerintah masih kaji Sovereign Wealth Funds (SWF)
Luky menjelaskan, target penerbitan SBN bruto yang lebih kecil juga menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk menciptakan pasar yang lebih baik dengan harga surat utang yang lebih rendah.
“Dengan penerbitan yang lebih kecil artinya kan suplai juga makin sedikit. Itu kesempatan kita juga untuk bisa membuat market lebih baik, menekan harga,” tandasnya.
Selain menarik utang melalui penerbitan SBN, pemerintah juga menarik pinjaman yang secara bruto mencapai Rp 51,35 triliun untuk tahun 2020.
Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri yang meliputi pinjaman proyek sebesar Rp 26,75 triliun dan pinjaman program sebesar Rp 21,6 triliun. Sementara, pinjaman dalam negeri relatif kecil yaitu hanya sekitar Rp 2,5 triliun-Rp 3 triliun.
Baca Juga: Wamenkeu: Utang adalah komponen penting dalam perekonomian
Namun, Luky menjelaskan, pinjaman secara neto ditetapkan sebesar minus Rp 37,5 triliun lantaran adanya pinjaman yang jatuh tempo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News