kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren perlambatan utang luar negeri swasta berpotensi berlanjut, pemerintah sebaliknya


Selasa, 15 Oktober 2019 / 18:46 WIB
Tren perlambatan utang luar negeri swasta berpotensi berlanjut, pemerintah sebaliknya
ILUSTRASI. Membaca Arah Utang Indonesia ; ilustrasi utang luar negeri; hutang luar negeri


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) swasta, termasuk BUMN, mengalami penurunan pada Agustus lalu.  

ULN swasta tercatat sebesar US$ 197,2 miliar atau tumbuh 9,3% year-on-year (yoy). Pertumbuhan utang luar negeri swasta dan BUMN ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 12,6% yoy atau US$ 197,79 miliar.

Baca Juga: Melambat, ULN swasta tumbuh 9,3% menjadi US$ 197,2 miliar per Agustus 2019

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara memprediksi, tren melambatnya pertumbuhan ULN Swasta akan berlanjut sampai akhir tahun. 

Hal ini sejalan dengan menurunnya impor bahan baku secara konsisten yang menunjukkan kehati-hatian pelaku usaha dalam berproduksi di tengah perlambatan ekonomi saat ini, khususnya di sektor manufaktur. 

“Kelihatannya bisa saja perlambatan pertumbuhan (ULN Swasta) berlanjut karena perusahaan-perusahaan memang sedang menahan diri untuk ekspansi atau meningkatkan kapasitas produksinya,” kata Bhima, Selasa (15/10). 

Menurut Bhima, hal tersebut terlihat dari dua hal dalam laporan Statistik ULN Indonesia per Agustus lalu itu. Pertama, ULN swasta ditujukan untuk modal kerja sebesar US$ 107,21 miliar, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 109,57 miliar.

Baca Juga: Agustus 2019, utang luar negeri pemerintah naik 8,6% jadi US$ 193,5 miliar

Kedua, ada penurunan utang dagang korporasi bukan lembaga keuangan dari sebelumnya US$ 16,03 miliar menjadi US$ 14,13 miliar pada Agustus lalu. “Utang dagang ini biasanya yang dipakai untuk membeli bahan baku untuk produksi, utang yang sifatnya lebih jangka pendek,” kata Bhima. 

Sebaliknya, Bhima memperkirakan tren pertumbuhan ULN Pemerintah akan kembali kencang menjelang akhir tahun. Sebab, pemerintah tampaknya membutuhkan tambalan yang cukup besar untuk mengantisipasi penerimaan APBN 2019 yang tidak memenuhi target, terutama penerimaan pajak.

Asal tahu saja, berdasarkan prognosis Kemenkeu,  shortfall penerimaan pajak akan mencapai Rp 140,03 triliun pada akhir tahun nanti.

Belum lagi jika pemerintah memutuskan untuk menerapkan strategi front-loading atau penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam volume yang besar untuk pembiayaan tahun anggaran selanjutnya.

Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia US$ 393,5 miliar, tumbuh melambat pada Agustus

“Jadi ada kemungkinan akhir tahun pemerintah terbitkan SBN lagi dalam denominasi valas untuk fornt-loading sehingga membuat pertumbuhan ULN Pemerintah meningkat,” tutur Bhima. 

Adapun, ULN pemerintah pada akhir Agustus lalu tumbuh 8,6% yoy menjadi sebesar US$ 193,5 miliar, lebih rendah dari pertumbuhan utang bulan sebelumnya 9,7% yoy. Secara nominal, utang pemerintah tersebut juga lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 194,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×