kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.354.000   33.000   1,42%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Transmisi Penurunan BI Rate Masih Lambat, BI Tambah Insentif Likuiditas ke Perbankan


Jumat, 24 Oktober 2025 / 13:52 WIB
Transmisi Penurunan BI Rate Masih Lambat, BI Tambah Insentif Likuiditas ke Perbankan
ILUSTRASI. Penurunan pada suku bunga kredit bahkan lebih lambat, hanya sekitar 15 bps, padahal BI Rate sudah turun 150 basis poin. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/04/2025


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – BUKITTINGGI. Sejak September 2024, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebanyak enam kali, dengan total penurunan mencapai 150 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Namun, penurunan tersebut belum sebanding dengan penurunan suku bunga perbankan, baik pada suku bunga simpanan maupun kredit.

Direktur Kebijakan Makroprudensial BI Irman Robinson mencatat, suku bunga deposito tenor satu bulan hanya turun sebesar 29 bps, dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025.

Penurunan pada suku bunga kredit bahkan lebih lambat, hanya sekitar 15 bps sepanjang periode yang sama, dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05% pada September 2025.

Baca Juga: BI Rate Dipangkas, Imbal Hasil SRBI hingga SPN Turun tapi Bunga Kredit Masih Tinggi

“Ini tentunya harus kita dorong, karena kalau misalnya suku bunga special rate ini masih terus tinggi, tentunya akan membuat transmisi kebijakan BI-Rate, ke suku bunga kredit akan akan berjalan lambat,” tutur Irman dalam pelatihan Wartawan BI, Jumat (24/10/2025).

Nah, melihat kondisi tersebut, BI akhirnya mengeluarkan kebijakan makroprudensial, dengan memperkuat insentif likuiditas makroprudensial (KLM).

Insentif KLM tercatat 18,58% year on year (yoy) pada September 2025, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan M0 (tanpa memperhitungkan dampak KLM) sebesar 13,16% yoy.

Namun Irman membeberkan, lantaran terdapat hambatan atau tantangan dalam transmisi suku bunga, maka pada kebijakan kali ini pihaknya tidak hanya berfokus pada penyaluran KLM  saja.

Ia menambahkan bahwa kebijakan tersebut sebenarnya sudah ada sebelumnya atau merupakan kebijakan yang sudah existing, meskipun sebelumnya belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal.

Baca Juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan atau BI-Rate di Level 4,75% pada Oktober 2025

Ia menjelaskan bahwa apabila perbankan menyalurkan kredit kepada sektor-sektor yang telah ditetapkan, maka bank tersebut akan memperoleh insentif berupa pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) atau insentif likuiditas makroprudensial.

Menurutnya, kebijakan ini sebenarnya sudah ada sebelumnya, dan sebelumnya fokusnya lebih kepada blending channel. Namun, saat ini fokus kebijakan diperluas tidak hanya pada blending channel, tetapi juga pada kecepatan bank dalam menyesuaikan suku bunga kreditnya.

“Jadi kalau semakin cepat akan memperoleh insentif insentif yang lebih banyak. jadi total insentifnya juga kita tingkatkan, dari sebelumnya 5% menjadi 5,5%,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui, insentif KLM yang dapat diterima bank terdiri dari insentif lending channel yakni paling tinggi sebesar 5% dari DPK dan insentif interest rate channel yakni paling tinggi sebesar 0,5% dari DPK, sehingga total insentif yang diterima paling tinggi sebesar 5,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Selanjutnya: Target Campuran Etanol 10% Tahun 2027, Indonesia Butuh 1,4 Juta Kiloliter Etanol

Menarik Dibaca: Pasar Kripto Rebound, World Liberty Financial di Puncak Top Gainers 24 Jam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×