Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) sudah melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate sebanyak empat kali pada tahun ini, yakni pada Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025 masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, pihaknya masih akan mempertimbangkan untuk melakukan kembali pemangkasan BI-Rate tahun ini, untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan kapasitas perekonomian nasional.
“Penurunan suku bunga yang kami sudah tempuh empat kali ini, dan kami terus mencermati ruang penurunan suku bunga ke depan,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (20/8/2025).
Perry membeberkan, potensi pemangkasan suku bunga tentunya akan sejalan dengan kondisi inflasi yang tetap rendah, dan rupiah stabil sesuai fundamentalnya, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, utamanya terkait kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate 25 bps Jadi 5%
Ia mencatat, sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula. Implementasi tarif resiprokal AS tersebut menimbulkan risiko akan semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
Sementara itu, Indonesia dikenakan tarif sebesar 19%, lebih rendah dari pengumuman awak sebesar 32% pasca dilakukannya negosiasi.
Ia menambahkan bahwa, penerapan kebijakan tarif resiprokal AS masih perlu diwaspadai. Meskipun secara keseluruhan lebih rendah dari yang pertama kali diumumkan 2 April 2025 pada, tetapi ketidakpastian ke depan itu masih tinggi.
Baca Juga: BI Akui Bank Lambat Lakukan Transmisi BI Rate terhadap Bunga Kredit
“Bahkan menjadi sesuatu yang sulit untuk diprediksi. Kebijakan pengenaan tarif tentu saja akan berdampak kepada kinerja ekspor antar negara dan akan menurunkan kinerja ekspor serta volume perdagangan antar negara,” ungkapnya.
Selain itu, ketidakpastian tarif resiprokal juga dinilai membawa ketidakpastian pasar keuangan global dalam jangka pendek, sehingga harus diwaspadai dan direspon.
“Terutama di Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan alhamdulillah BI terus berkomitmen tinggi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, nilai tukar rupiah terus stabil dan cenderung menguat di tengah ketidakpastian global,” tandasnya.
Baca Juga: Penurunan Suku Bunga BI Belum Mampu Dongkrak Ekonomi, Ini Alasannya
Selanjutnya: Adira Finance Salurkan Pembiayaan Kendaraan Bekas Rp 3,3 Triliun pada Semester I-2025
Menarik Dibaca: Promo Mako Bakery Merdeka Package 18-31 Agustus, Paket Roti Favorit Rp 80.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News