Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam rangka memperkuat hubungan perdagangan dan investasi dengan berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan menyelenggarakan misi bisnis ke 14 negara mulai September hingga Oktober 2019.
Nantinya, misi bisnis ke Eropa dilaksanakan mulai 13 September hingga 7 Oktober 2019 dengan mengunjungi Turki Bulgaria, Yunani, Serbia, Rumania, Belanda, Slovakia, Polandia, Swiss, Jerman, Italia, Inggris, Belgia dan Prancis.
Sementara, misi bisnis ke Amerika Serikat akan diadakan mulai 23 September hingga 9 Oktober dengan negara yang dikunjungi yakni New York, Washington, Atlanta dan Los Angeles.
"Kalau bicara pemilihan negaranya, memang kalau negara-negara besar itu banyak kesempatan. Tetapi, kita harus melihat bahwa banyak negara yang kurang dikenal dan diketahui, tetapi kesempatannya besar dan mereka perlu dikunjungi," tutur Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani, Rabu (4/9).
Baca Juga: Mantan Mendag harap RCEP bisa rampung
Shinta pun mengatakan, sudah terdapat industri-industri tertentu yang disasar oleh Kadin dalam misi bisnis yang dijalankan. Industri-industri tersebut pun tergantung dari negara yang dikunjungi.
Nantinya, Kadin akan fokus pada beberapa sektor seperti produk pertanian, industri kimia, industri pengemasan, industri makanan dan minuman, logistik, pembuatan kapal, operasi pelabuhan maritim, produk perikanan dan laut, mebel dan kerajinan tangan, tekstil dan pakaian jadi, peralatan kesehatan, pariwisata, pengelolaan air dan limbah, infrastruktur dan konstruksi, mesin dan otomotif, industri logam dan kedirgantaraan, ritel, pengembangan UKM, mode berkelanjutan, energi dan energi terbarukan, serta industri kreatif.
Meski begitu, Shinta mengakui misi bisnis ini pun dilakukan untuk melihat apakah sektor-sektor tersebut memang berpotensi untuk dikerjasamakan.
Tak hanya itu, misi bisnis yang dilakukan pelaku usaha ini pun untuk melihat seperti apa kendala-kendala yang dihadapi negara tersebut bila ingin menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Baca Juga: Enam jurus pemerintah dan BI mengakselerasi industri manufaktur
Perang dagang yang masih terjadi, menurut Shinta, menjadi salah satu momentum mengapa misi bisnis ini perlu dilakukan.
"Ini bukan pertama kalinya kami melakukan kunjungan bisnis. Kita biasanya bersama dengan pemerintah, dan ini sudah dilakukan sebelumnya. Dengan keadaan saat ini, kami mencoba lebih pro aktif, dan ini baru awal saja," tutu Shinta.
Meski sudah memiliki sektor-sektor spesifik yang disasar oleh pelaku usaha. Shinta mengaku tak menargetkan secara spesifik berapa nilai investasi atau kerja sama yang bisa didapatkan dari misi bisnis ini. Apalagi, sebagai langkah awal, hubungan dagang dan investasi pun membutuhkan waktu penjajakan dan lainnya.
Misi bisnis ke Eropa dirangkum dalam 4 forum bisnis utama yang diselenggarakan di Istanbul, Frankfurt, Rotterdam, dan Milan. Negara lainnya, delegasi akan fokus pada kunjungan inudstri, diskusi kelompok rerarah dan pencocokan bisnis. Sementara misi bisnis ke Amerika Serikat akan diadakan dalam bentuk forum bisnis di semua kota tujuan, kunjungan industri untuk mempererat jaringan bisnis.
Baca Juga: Pengusaha sebut perjanjian dagang bisa tarik invetasi
Sementara itu, pada 2018 hubungan dagang antara Indonesia dengan negara Eropa memiliki total perdagangan sebesar US$ 27,8 miliar yang teridiri dari US$ 15,4 miliar ekspor dan US$ 12,4 impor.
Sementara, perdagangan Indonesia dan AS mencapai US$ 28,68 miliar yang terdiri dari US$ 18,4 miliar ekspor dan US$ 10,2 miliar impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News