Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
Tak hanya itu, misi bisnis yang dilakukan pelaku usaha ini pun untuk melihat seperti apa kendala-kendala yang dihadapi negara tersebut bila ingin menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Baca Juga: Enam jurus pemerintah dan BI mengakselerasi industri manufaktur
Perang dagang yang masih terjadi, menurut Shinta, menjadi salah satu momentum mengapa misi bisnis ini perlu dilakukan.
"Ini bukan pertama kalinya kami melakukan kunjungan bisnis. Kita biasanya bersama dengan pemerintah, dan ini sudah dilakukan sebelumnya. Dengan keadaan saat ini, kami mencoba lebih pro aktif, dan ini baru awal saja," tutu Shinta.
Meski sudah memiliki sektor-sektor spesifik yang disasar oleh pelaku usaha. Shinta mengaku tak menargetkan secara spesifik berapa nilai investasi atau kerja sama yang bisa didapatkan dari misi bisnis ini. Apalagi, sebagai langkah awal, hubungan dagang dan investasi pun membutuhkan waktu penjajakan dan lainnya.
Misi bisnis ke Eropa dirangkum dalam 4 forum bisnis utama yang diselenggarakan di Istanbul, Frankfurt, Rotterdam, dan Milan. Negara lainnya, delegasi akan fokus pada kunjungan inudstri, diskusi kelompok rerarah dan pencocokan bisnis. Sementara misi bisnis ke Amerika Serikat akan diadakan dalam bentuk forum bisnis di semua kota tujuan, kunjungan industri untuk mempererat jaringan bisnis.
Baca Juga: Pengusaha sebut perjanjian dagang bisa tarik invetasi
Sementara itu, pada 2018 hubungan dagang antara Indonesia dengan negara Eropa memiliki total perdagangan sebesar US$ 27,8 miliar yang teridiri dari US$ 15,4 miliar ekspor dan US$ 12,4 impor.
Sementara, perdagangan Indonesia dan AS mencapai US$ 28,68 miliar yang terdiri dari US$ 18,4 miliar ekspor dan US$ 10,2 miliar impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News