Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur dalam negeri kembali bergeliat pada kuartal I-2018. Hal itu tampak dari meningkatnya pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) dan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) di tiga bulan pertama 2018.
Peningkatan produksi terjadi seiring dengan persiapan pelaku industri menghadapi peningkatan permintaan saat puasa dan Lebaran yang terjadi pada kuartal II-2018.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi IBS kuartal I-2018 tumbuh 5,01% year on year (yoy). Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibanding kuartal pertama 2017 dan 2016, serta meningkat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya. IMK juga mencatatkan kenaikan produksi, baik secara tahunan maupun kuartalan (lihat grafik).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, membaiknya kinerja IBS didorong industri makanan yang tumbuh 13,93% (yoy) serta industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer naik 4,34% (yoy). Sedangkan kinerja IMK juga didorong industri makanan dan pakaian jadi yang masing-masing tumbuh sekitar 7% (yoy).
Pelaku industri makanan, kendaraan bermotor dan pakaian mulai menggenjot produksi untuk menghadapi puasa dan Lebaran.
BPS juga mencatat produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman di IBS naik pesat pada kuartal I-2018 sebesar 12,94%. Industri tersebut sudah mendapatkan efek positif pelaksanaan pemilu kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung 27 Juni 2018. Sebab, menghadapi Pilkada, logistik kampanye maupun pencoblosan sudah dicetak kuartal I.
Hanya saja tidak semua IBS menunjukkan kenaikan. Penurunan tertinggi terjadi pada industri industri komputer, barang elektronik, dan optik yang minus 13,36% dan industri kertas dan barang dari kertas turun 11,24% (yoy). "Ini karena pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah. Makanya industri dengan local content seperti industri komputer, terdampak," jelas Habibullah, Rabu (2/5).
Penjualan turun
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih juga melihat kenaikan produksi industri manufaktur baik IBS maupun IMK terjadi karena persiapan Lebaran. Namun menurutnya, membaiknya kinerja manufaktur tidak sejalan dengan kinerja penjualan ritel yang turun.
Penurunan penjualan ritel tercermin dari penurunan pendapatan sejumlah emiten konsumer. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) misalnya, hanya mengantongi penjualan Rp 10,75 triliun pada kuartal I-2018, turun dari kuartal I-2017 sebesar Rp 10,85 triliun.
Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 akan cenderung stagnan di level 5%. "Perkiraan kami di level 5,04%-5,06%," jelas Lana.
Untuk mendukung perbaikan kinerja manufaktur, pemerintah perlu mendorong percepatan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah juga perlu mendorong realisasi investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News