kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi manufaktur menurun, BI tak terlalu ambil pusing


Kamis, 05 April 2018 / 16:01 WIB
Ekspansi manufaktur menurun, BI tak terlalu ambil pusing
ILUSTRASI. Rapat Dewan Gubernur BI


Reporter: Achmad Fauzie | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan indeks manufaktur yang ditunjukkan Purchasing Managers' Index (PMI) pada bulan Maret 2018 masih dalam kontrol pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Pelemahan tersebut diyakini belum memberikan dampak yang signifikan.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Nikkei, PMI Indonesia masih berekspansi, tapi mengalami pelemahan pada Maret 2018. PMI Maret mencapai angka 50,7 menurun dari PMI Februari yang mencapai angka tertinggi dalam 20 bulan terakhir sebesar 51,4.

Penurunan PMI tidak terlalu dihiraukan oleh Bank Indonesia (BI). Pemerintah dan BI masih optimistis dengan kelangsungan stabilitas ekonomi negara.

“Yang jelas, dalam proyeksi kita, ekonomi masih stabil. Di 2018, indikator sudah menunjukan perkembangan yang cukup bagus, belum lagi ini akan didampingi oleh perkembangan inflasi yang cukup stabil,” kata Sugeng selaku Deputi Gubernur BI saat diwawancari Kontan.co.id di sela-sela kepergiannya dari Shangri-La Hotel pasca mengisi diskusi panel dalam acara The Economist Events’ Indonesia Summit, Kamis (5/4).

Sugeng mengatakan, lingkungan ekonomi dan bisnis domestik saat ini sudah menunjukan tanda-tanda yang memuaskan. Dia menyebutkan bagaimana daya tahan ekonomi negara masih stabil pasca diuji oleh kenaikan suku bunga acuan yang berbasis di Amerika atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin.

“Yang penting, dalam environtment ini, daya tahan kita telah terbukti saat diuji oleh kenaikan FFR. Beberapa waktu lalu memang ada yang capital outflow, terutama yang di SBN (pasar obligasi) dan saham. Namun, saat ini semua sudah mulai membaik,” pungkasnya.

Sekadar informasi, PMI di level 50,7 menunjukkan ekspansi industri masih dapat terlihat meski tidak signifikan. Hal itu disebabkan oleh peningkatan ongkos produksi yang tidak diimbangi oleh kenaikan harga jual.

Nikkei melihat, adanya ketidakpastian global di mana tingkat permintaan ekspor selalu menurun dalam empat bulan terakhir juga merupakan faktor penting yang menekan manufaktur Indonesia. Kondisi seperti ini akan membuat pengusaha meragu.

Tingkat permintaan dari pasar domestik sebetulnya meningkat, tapi hal itu tidak memberi dampak yang cukup signifikan untuk mendorong ekspansi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×