kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.224   -44,00   -0,27%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Tiga tantangan ekonomi Indonesia versi BI


Kamis, 14 November 2013 / 20:55 WIB
Tiga tantangan ekonomi Indonesia versi BI
ILUSTRASI. Remarriage and Desires, salah satu drama Korea terbaru yang telah dijadwalkan tayang di Netflix pada minggu ini.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tantangan ekonomi Indonesia tahun ini ternyata tidaklah ringan. Sejak akhir Agustus lalu, ekonomi Indonesia didera derasnya aliran keluar modal asing yang membuat nilai tukar rupiah melorot tajam.

Tak hanya itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bilang, ada tiga tantangan besar ekonomi Indonesia yang disebabkan faktor eksternal. 

Pertama, ketidakpastian kecepatan pemulihan ekonomi global. Hingga kini, kata Agus, pemulihan ekonomi global tidak sesuai dengan harapan, bahkan cenderung melambat.

Situasi itu, menjadi kian tak pasti karena bergesernya peta ekonomi global. Dua tahun silam, sempat diperbincangkan terjadinya two-speed world recovery, yaitu ekonomi negara maju yang lambat dan ekonomi emerging market yang cepat.

"Kini keadaan berbalik. Ekonomi Amerika Serikat mulai menguat, ekonomi Eropa berpeluang lepas dari krisis, sedangkan ekonomi emerging market justru melambat. Ada fenomena three-speed world recovery," tegas Agus saat menyampaikan sambutan akhir tahun Gubernur Bank Indonesia dengan tema Mengelola Stabilitas, Mendorong Transformasi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkesinambungan di Gedung BI, Jakarta, Kamis (14/11).

Tantangan kedua, Agus menuding ketidakpastian pemulihan ekonomi global meluas karena ketidaktegasan penarikan stimulus moneter maupun penyelesaian batas anggaran dan penghentian belanja pemerintah di Amerika Serikat (AS).

Menurut Agus, berlarutnya situasi tersebut memicu penilaian ulang risiko oleh investor dan menimbulkan reaksi berlebihan, yang akhirnya melahirkan gejolak di pasar keuangan global termasuk di Indonesia.

Ketiga, berkaitan dengan ketidakpastian perkembangan harga komoditas. "Sejalan dengan ekonomi global yang lambat dan pasar keuangan global yang bergejolak, harga komoditas melanjutkan tren penurunan. Sehingga mempertegas berakhirnya era siklus panjang atau super cycle harga komoditas," terang Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×