Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA Pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan 2023 dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 mencapai Rp 2.016,9 triliun. Target tersebut tumbuh 4,8% dari outlook tahun ini yang hanya Rp 1.924,9 triliun,
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, target penerimaan perpajakan 2023 tersebut akan menjadi kali pertama penerimaan pajak tembus di angka Rp 2.000 triliun.
"Ini pertama kali dalam histori sejarah Indonesia, penerimaan perpajakan menembus angka Rp 2.000 triliun," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: Nota Keuangan & RUU APBN 2023, Selasa (16/8).
Sri Mulyani menegaskan, target tersebut adalah estimasi yang modest (sangat sederhana) dikarenakan penerimaan pajak Indonesia selama dua tahun terakhir (2021-2022) ketiban berkah dari kenaikan harga komoditas.
"Tumbuh 4,8%. Kenapa kita berikan estimasi pertumbuhan yang modest? Karena penerimaan pajak 2021-2022 ada windfall dari komoditas," katanya.
Baca Juga: Sri Mulyani Bakal Beri Insentif Perpajakan Rp 41,5 Triliun pada Tahun 2023
Untuk diketahui, pada tahun 2021 windfall dari komoditas memberikan sumbangan mencapai Rp 117 triliun, dan tahun ini lebih tinggi mencapai Rp 279 triliun dikarenakan ada Program Pengungkapan Sukarela (PPS) alias Tax Amnesty Jilid II yang mengumpulkan penerimaan mencapai Rp 61 triliun.
"Jadi tahun ini ada extra revenue yang berasal dari windfall maupun PPS," ucap Bendahara Negara tersebut.
Selain itu, dikarenakan pada tahun depan kesempatan mendapatkan windfall tidak akan terulang kembali, maka dirinya memperkirakan penerimaan pajak akan berada pada kisaran Rp 1.715,1 triliun, atau hanya tumbuh 6,7% dari tahun ini yang sebesar Rp 1.608,1 triliun.
Sementara untuk penerimaan kepabenan dan cukai tahun 2023 diperkirakan sebesar Rp 301,8 triliun atau turun 4,7% dari tahun ini sebesar Rp 316,8 triliun. Turunnya penerimaan tersebut sejalan dengan moderasi harga komoditas terutama crude palm oil (CPO) sehingga penerimaan bea keluar juga ikut menyusut.
"Lagi-lagi karena adanya aspek komoditas. Tahun ini komoditas memberikan sumbangan Rp 48,9 triliun hampir Rp 50 triliun sendiri. Tahun depan komoditas diperkirakan hanya memberikan sumbangan kepada bea dan cukai sebesar Rp 9 triliun itu turun hampir 40%, makanya level dari bea dan cukai lebih rendah dibandingkan tahun ini," pungkas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News