kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tersisa 2 bulan, setora Bea Cukai baru 58%


Minggu, 23 Oktober 2016 / 14:39 WIB
Tersisa 2 bulan, setora Bea Cukai baru 58%


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Realisasi penerimaan negara di bidang bea dan cukai masih belum optimal. Hingga 23 Oktober 2016, penerimaan bea cukai baru mencapai Rp 108,2 triliun atau 58,8% dari target yang ditetapkan dalam APBNP 2016 yaitu Rp 183,9 triliun.

Penerimaan ini menurun dibandingkan pada bulan sama pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 116 triliun. Padahal Waktu yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) untuk mengumpulkan penerimaan negara tinggal dua bulan lagi yaitu November dan Desember.

Adapun rinciannya yaitu untuk realisasi bea masuk yaitu sebesar Rp 24,2 triliun atau sebesar 65,2% dari target Rp Rp 37,2 triliun. Kemudian untuk bea keluar yaitu Rp 2,1 triliun atau sebesar 73% dari target Rp 2,8 triliun dan untuk cukai realisasinya sebesar Rp 81,8 triliun atau 55,9% dari target Rp 146,4 triliun.

Meskipun demikian Direktur Kepabeanan Internasional Ditjen Bea Cukai, Robert Leonard Marbun tetap optimistis penerimaan bea cukai akan tetap tercapai hingga akhir tahun 2016. "Kami tetap optimistis untuk mencapai target," ujar Robert kepada KONTAN, Minggu (23/10).

Alasannya, akan terjadi lonjakan penerimaan cukai pada bulan Desember 2016. Ini merupakan dampak dari akumulasi pembayaran utang cukai hasil tembakau (CHT) yang harus dilunasi sebelum batas akhir tahun anggaran berjalan berakhir.

"Itu dikarenakan porsi terbesar penerimaan adalah dari cukai hasil tembakau (CHT) dan realisasinya terbesar terjadi pada akhir tahun," ungkapnya.

Salah satu penyebab yang menghambat penerimaan bea cukai yaitu sejak dua tahun terakhir Indonesia mengalami perlambatan perdagangan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik realisasi ekspor Indonesia hingga triwulan III mengalami penurunan 9,41% dibanding periode sama tahun lalu. Begitu juga dengan impor mengalami penurunan sebesar 8,61%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menegaskan, pertumbuhan ekspor dan impor dunia sangat rendah, bahkan ini merupakan pertama kali dalam sejarah dimana dalam dua dekade perekonomian terakhir pertumbuhan ekspor dan impor dunia hanya separuhnya. Ekspor dan impor akan mempengaruhi kinerja bea masuk dan bea keluar.

Terkait dengan kinerja cukai, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa kinerja cukai mengalami penurunan kecuali beberapa bulan tertentu, itu juga kenaikannya tidak terlalu signifikan. "Dari target Rp 148 triliun kita memperkirakan sampai akhir tahun akan sama seperti tahun lalu Rp 145 triliun ada short sekitar 3 triliun," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×