kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Terjebak di Pertumbuhan Ekonomi 5%, Indonesia Emas 2045 Hanya Angan-angan?


Senin, 06 November 2023 / 19:43 WIB
Terjebak di Pertumbuhan Ekonomi 5%, Indonesia Emas 2045 Hanya Angan-angan?
ILUSTRASI. ekonomi Indonesia tumbuh pada kuartal III-2023 mencapai 4,94% secara year on year (YoY).


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo tampaknya akan sulit mencapai 6% alias masih terjebak di kisaran 5%.

Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 hanya mencapai 4,94% secara year on year (YoY). Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang menyentuh 5,17% YoY.

Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih terjebak di angka 5%, apakah mimpi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 dapat terwujud?

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, sebetulnya kunci untuk membawa Indonesia mencapai target negara maju 2045 adalah transformasi struktural.

Menurutnya, jika hal tersebut dilakukan maka potensi ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5% per tahun akan dapat diwujudkan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan Jokowi Sulit Capai 6%, Ini Alasannya

"Maka akselerasi transformasi struktural menjadi penting agar cita-cita tersebut dapat terwujud," ujar Josua kepada Kontan.co.id , Senin (6/11).

Josua melihat, peluang untuk menuju ke sana akan tetap ada. Hanya saja, tantangan ke depan juga sangat perlu untuk diperhitungkan. Dari sisi domestik, segala bentuk perbaikan dan improvement sudah terus dilakukan pada berbagai sisi sehingga Indonesia sebenarnya sudah ada dalam arah yang tepat.

Namun, perekonomian global semakin terintegrasi sehingga fenomena VUCA (volatility, uncertainty, comlexity, ambiguity) juga sering terjadi. Oleh sebab itu, selain fokus mengejar pertumbuhan, pemerintah juga perlu fokus pada stabilitas.

"Semua akan bergantung pada seberapa cepat transformasi struktural Indonesia dan ketahanan Indonesia dalam menghadapi VUCA. Indonesia juga punya peluang karena ada bonus demografi. Jadi jika Indonesia dipenuhi oleh skilled labor pada saat itu, maka dampaknya cukup dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Dari sisi domestik, Josua bilang, tantangan pada periode tersebut adalah dari konsistensi keberlanjutan kebijakan transformasi struktural karena dari sisi politik terdapat kecenderungan mengambil kebijakan-kebijakan jangka pendek.

Menurutnya, transformasi struktural tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek saja, padahal ini cukup penting karena memberikan pondasi untuk ke depan agar ekonomi dapat akselerasi ke depannya.

Baca Juga: Angka Pengangguran Masih Tinggi, Kualitas Pertumbuhan Ekonomi RI Perlu Diperbaiki

"Tentunya hal ini juga didukung oleh peningkatan pada hal kepastian hukum, regulasi, menurunnya permasalahan KKN dan isu-isu sosial," imbuh Josua.

Dari sisi eksternal, Indonesia harus meningkatkan perannya pada global value chain (rantai nilai global) sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.

Nah, ketergantungan Indonesia pada komoditas juga perlu dikurangi. Selain itu, program hilirisasi juga perlu dilanjutkan dengan memperpanjang domestic supply chain (rantai pasok domestik), serta perlunya mencari sumber-sumber produk/tujuan ekspor baru.

"Selain itu, kualitas SDM kita juga perlu terus ditingkatkan guna mendukung semua agenda tersebut," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×