Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Light Rail Transit (LRT) Palembang dibuka secara komersial pada Oktober tahun lalu. Guna menarik masyarakat beralih ke moda angkutan masal pemerintah masih mengelontorkan subsidi untuk tarif. Tahun ini pemerintah telah mengalokasikan subsidi Rp 123 miliar selama tiga tahun.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri mengatakan, subsidi tarif LRT Palembang masih berasal dari pemerintah pusat.
"Dimanapun angkutan masal pasti disubsidi termasuk bis. Kami akan duduk bersama pemerintah provinsi untuk masalah ini, sudah ada undang-undang pemerintah harus berikan subsidi. Kalau ingin mengalihkan ke angkutan masal harus subsidi agar masyarakat mau beralih. Bisa bayangkan kalau tidak disubsidi. Kami masih konsentrasi selesaikan ini," terang Zulfikri saat acara FGD 'LRT Jebodebek & Sumsel untuk siapa?' di Gedung Kompas Gramedia pada Rabu (13/2).
Zulfikri menuturkan perlu waktu untuk mengubah kebiasaan masyarakat ke transportasi umum. Misalnya saja di Palembang antusias masyarakat menggunakan LRT masih belum memuncak.
Menurut Zufikri, LRT di Palembang Sumatra dibangun dengan dua target. Target pertama adalah untuk melayani Asian Games yang telah sukses mengangkut kurang lebih 2.500 orang baik atlet, official maupun media.
"Sebanyak 2500 itu berasal dari 32 negara peserta Asian Games yang dioperasikan bulan Agustus kemarin," terang Zulfikri saat FGD 'LRT Untuk Siapa?' di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (13/2).
Kedua, untuk mengurangi kemacetan di Palembang. Zulfikri bilang, kemacetan tidak hanya di kota-kota di Jawa, tetapi juga di Sumatra dan Sulawesi.
Di Sumatra terdapat dua daerah yaitu Medan dan Palembang. Palembang diakui lebih cepat dibangun LRT karena adanya event besar Asian Games.
Saat ini LRT Palembang menurut Zukfikri masih tahap penyelesaian untuk bisa beroperasi lebih cepat ketimbang saat digunakan pada Asian Games. "Sekarang kita masih penyelesaian belum beraksi secara maksimal mungkin bulan Mei, yang operasi tentunya waktu tempuh akan lebih cepat yang tadinya satu jam bisa kita operasikan 42 menit dan demikian juga dengan headway yang saat ini bervariasi antara 24 menit-48 menit nanti kita desain semua rata," sambung Zulfikri.
Sementara itu untuk LRT Jabodebek masih dalam tahap pembangunan. Progres sampai saat ini sekitar 58% dan progres paling cepat adalah rute Cibubur hingga Cawang yang capai sekitar 70%. Target penyelesaian LRT Jabodebek molor salah satunya lantaran terkendala pembebasan lahan pembangunan depo. "Jadi agak mundur (targetnya) yang tadi disampaikan sekitar April 2021," jelas Zulfikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News