Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2019 minimal sebesar 5,4% dan maksimal 5,8%. Dalam hal ini, beberapa komponen pendorong pertumbuhan ekonomi diperkirakan juga bertumbuh.
Selain dari sisi konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang masing-masing diperkirakan tumbuh 5,1% sampai 5,2% dan 7,5% sampai 8,3%, ekspor dan impor juga diperkirakan bakal tumbuh guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meski demikian dari segi ekspor dan impor pada tahun depan akan terpapar risiko dari perdagangan dunia. Dengaan demikian, ekspor diperkirakan hanya tumbuh 6% sampai 7,2% tahun depan. Sementara impor diperkirakan tumbuh 6,3% sampai 7,6%.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi global masih meningkat disertai membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama, namun perlu diwaspadai gejala proteksionisme di beberapa negara,” ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Senin (4/6).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan April 2018 defisit sebesar US$ 1,63 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan posisi Maret 2018 yang surplus sebesar US$ 1,09 miliar.
Hal ini disebabkan oleh jumlah impor yang naik signifikan sebesar 11,28% menjadi US$16,09 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang hanya US$ 14,46 miliar. Di sisi ekspor, pada April 2018 turun 7,19% menjadi US$ 14,47 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang mencapai US$ 15,59 miliar.
“Ekspor dan Impor, meski ada recovery perdagangan global yang diperkirakan tumbuh 5% tetapi ada AS yang proteksionis maka akan ada spillover dan kita akan merasakan di kuartal III dan IV tahun ini. Ekspor diperkirakan 6,0%-7,2% impor 6,3%-7,6%, meski di kuartal I 2018 impor kita cukup tinggi karena bahan baku dan bahan modal,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News