Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proporsi konsumsi terhadap pendapatan yang tercatat menurun, di tengah pembayaran cicilan yang relatif stabil dan tabungan yang meningkat, dinilai merupakan sinyal kehati-hatian masyarakat.
Berdasarkan hasil survei konsumen oleh BI, pada Oktober 2025, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) tercatat sebesar 74,7%, lebih rendah dibandingkan dengan proporsi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 75,1%.
Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) sebesar 11,0%, relatif stabil dibandingkan proporsi pada bulan sebelumnya sebesar 11,2%.
Lebih lanjut, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) sebesar 14,3%, lebih tinggi dibandingkan proporsi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 13,7%.
Baca Juga: Data BI: Porsi Pendapatan untuk Konsumsi Tercatat Turun Pada Oktober 2025
“Ini lebih merupakan sinyal kehati-hatian yang sehat ketimbang penahanan belanja yang mengkhawatirkan,” tutur Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, Senin (10/11/2025).
Adapun Josua mencatat, penurunan porsi konsumsi terlihat terutama pada kelompok Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta, dan di atas Rp 5 juta. Pada kelompok terakhir, porsi tabungan bahkan meningkat kuat menjadi 16,5%.
Menurutnya, kekhawatiran bahwa masyarakat menahan belanja besar juga tercermin dari turunnya indeks pembelian barang tahan lama pada kelompok pengeluaran menengah-atas.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Kuartal III 2025 Tumbuh 5,04%, Masih Ditopang Konsumsi Rumah Tangga
“Dengan kata lain, rumah tangga memperkuat bantalan tabungan sambil menunda belanja besar, tetapi tidak mengerem konsumsi harian secara tajam,” jelasnya.
Dari sisi stabilitas, Josua menambahkan, pola ini dinilai mendukung inflasi yang tetap terkendali karena kenaikan harga akhir-akhir ini lebih banyak dipicu komoditas emas ketimbang lonjakan permintaan domestik.
Artinya, lanjut Josua, kehati-hatian konsumen tidak mengindikasikan pelemahan daya beli struktural, melainkan penyesuaian sementara sambil menunggu ketidakpastian mereda.
“Ke depan, kebijakan diskon transportasi yang berlaku hingga musim liburan berpotensi menjaga daya beli sambil menahan tekanan harga,” tandasnya.
Baca Juga: Menkeu Optimistis Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5,5% Berkat Stimulus dan Likuiditas
Selanjutnya: Survey BI: Pertumbuhan IKK Terjadi Di Luar Pulau Jawa, Ini Faktor Pendorongnya
Menarik Dibaca: Kenalan dengan Malware Android Herodotus, Bisa Menguras Saldo di Rekening Bank
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













