Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia usaha terkena pukulan yang paling dahsyat selama pandemi corona ini. Kondisi ini terekam dalam survei perusahaan terbaru yang dikeluarkan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).
Bayangkan dua dari tiga perusahaan yang di survei di Indonesia telah menghentikan operasional perusahaan, baik sementara maupun permanen. Tak ayal, pendapatan perusahaan langsung tergerus dalam. Tercatat lebih dari seperempat perusahaan kehilangan pendapatannya lebih dari setengah pendapatannya.
Laporan penelitian yang berjudul “Ketahanan hidup perusahan hampir habis, pekerjaan semakin terancam”, itu juga mengungkapkan sebanyak 90% perusahaan mengalami masalah keuangan, dan butuh dukungan mendesak dari pemerintah untuk menjaga arus kas perusahaaan tersebut. Yang lebih menyedihkan lagi, ada sekitar 63% perusahaan yang disurvei terpaksa mengurangi jumlah karyawan dan banyak perusahaan lainnya berencana melakukan hal serupa.
Baca Juga: Warning dari ILO: 1,6 miliar pekerja informal terancam menganggur
“Pandemi telah menghilangkan pendapatan jutaan rumah tangga, yang mengancam kesejahteraan mereka. Kita memerlukan tindakan tripartit yang terkoordinasi untuk membantu mengurangi dampak pandemi terhadap perusahaan, pekerja dan keluarga mereka,” kata Michiko Miyamoto, Direktur ILO untuk Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (18/5).
Baca Juga: Imbas corona, ILO memprediksi 6,7% jam kerja akan hilang di kuartal II-2020
Sejatinya, perusahaan di Indonesia sudah mengeluarkan daya upaya untuk bisa bertahan. Seperti mulai banyak perusahaan yang melakukan diversifikasi produk, dan yang lainnya mengalihkan usaha ke usaha daring. Namun, tetap saja, perusahaan-perusahaan tersebut juga perlu dukungan untuk bisa beradaptasi terhadap model dan operasi usahanya. “Terutama setelah corona,” tutur Januar Rustandie, manajer program SCORE yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Tak cuma itu, persoalan juga ada di perusahaan yang masih beroperasi. Ternyata masih banyak perusahaan yang belum menerapkan protokol kesehatan. Tercatat cuma 40% saja perusahaan yang melakukan pemeriksaan suhu, kemudian lebih dari 30% perusahaan yang belum menerapkan jaga jarak yang memadai bagi pekerjanya. Belum lagi sarana pengobatan dan vaksinasi yang juga banyak yang belum tersedia.
Padahal di masa penyebaran Covid-19 ini, panduan dan protokol kesehatan menjadi krusial saat perusahaan bagi berjalan.
Supaya roda usaha berjalan dan tidak membawa efek lebih lanjut ke pasar tenaga kerja, maka perlu ada paket simulus ekonomi yang fokus pada UMKM, akses dana tunai dan keuangan untuk jangka pendek, serta dukungan untuk memberi model operasi perusahaan dengan memperhatikan jaga jarak dan mengoptimalkan bisnis daring mereka.
Survei ini dilakukan pada April 2020 yang melibatkan 571 perusahaan yang disurvei.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News