kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45938,26   9,90   1.07%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei Bloomberg: Indonesia dan Brasil pimpin penguatan emerging market 2019


Kamis, 20 Desember 2018 / 11:31 WIB
Survei Bloomberg: Indonesia dan Brasil pimpin penguatan emerging market 2019
ILUSTRASI. Tahun depan akan menjadi momentum rebound


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa kelabu bagi pasar negara berkembang (emerging market) akan segera usai. Tahun 2019 diprediksi bakal menjadi momentum rebound bagi negara berkembang setelah tergilas oleh gejolak perekonomian global sepanjang tahun 2018 ini.

Berdasarkan survei Bloomberg terhadap 30 lembaga aset manajemen, bank, dan lembaga riset ekonomi dunia, para investor dan trader sepakat bahwa emerging market telah mencapai titik terendahnya di tahun ini. Lantas, tahun depan, pasar saham, mata uang, maupun obligasi negara berkembang berpotensi rebound, bahkan mengalahkan performa pasar negara maju.

Kunci dari konsensus pembalikan arah ini ialah, antara lain, keputusan Federal Reserve untuk menahan agresivitasnya menaikkan suku bunga acuan di 2019. The Fed juga memangkas proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun depan, dari sebelumnya 2,5% menjadi 2,3%. Sebab sepanjang tahun ini, produk domestik bruto Negeri Paman Sam tersebut diproyeksi hanya akan menyentuh 3%, meleset dari target 3,1%.

"Dengan The Fed bergerak menuju akhir siklus pengetatannya, dana kemungkinan akan kembali ke pasar negara berkembang," ujar Hironori Sannami, trader pasar mata uang Mizuho Bank Ltd Tokyo, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/12).

Dari seluruh peserta survei yang terlibat, mayoritas meyakini aset pasar emerging market, seperti forex, obligasi, dan saham akan bangkit di 2019. Tak hanya itu, mereka bahkan optimistis kinerja ketiga aset tersebut akan melampaui kinerja aset negara maju tahun depan.

"Ekuitas emerging market relatif terlihat murah dibandingkan dengan negara maju karena telah berkinerja buruk secara signifikan pada 2018, sehingga sudah saatnya untuk rebound, ” kata Daniel Morris, ahli strategi investasi senior BNP Paribas Asset Management London.

Hasil survei menunjukkan, aset negara berkembang seperti Brasil dan Indonesia menjadi yang paling diminati. Baik mata uang, obligasi, maupun saham Indonesia menempati posisi di tiga teratas aset yang paling diminati investor di 2019.

Selain itu, 13 dari 30 peserta survei juga meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu yang tercepat lajunya di antara negara berkembang, bersama dengan Brasil dan Afrika Selatan. Sementara, hanya 7 di antaranya yang mengekspektasikan kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral Indonesia untuk tahun depan.

Kendati demikian, Hironori menilai, emerging market tetap harus waspada terhadap potensi ketidakpastian ekonomi yang masih ada di 2019. "Gambarannya tidak sepenuhnya cerah mengingat gesekan perdagangan AS-China akan tetap ada sehingga investor harus tetap waspada. Jika kekhawatiran perdagangan itu mereda, barulah risk appetite bisa kembali lebih signifikan lagi,” ujarnya.

Hasil survei juga menunjukkan, faktor yang menurut investor paling menentukan arah pasar dan perekonomian negara berkembang ke depan ialah kebijakan The Fed, perang dagang, perekonomian global, perekonomian China, dan harga komoditas seperti minyak mentah dan lainnya.

Sekadar informasi, di antara 30 peserta survei Bloomberg ini ialah sejumlah bank dan institusi manajer aset dunia seperti BNP Paribas Asset Management, Deustche Bank Wealth Management, Eastspring Investent, Fidelity International, Mizuho Bank Ltd., Manulife Asset Management, UOB Asset Management, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×