Reporter: Indra Khairuman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menghadapi tekanan di tengah situasi global yang belum sepenuhnya mereda. Bank Indonesia (BI) akan tetap waspada untuk menjaga stabilitas pasar, termasuk dengan mengelola imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) agar tetap menarik tetapi tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Banjaran Surya Indrastomo, Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) menjelaskan bahwa posisi rupiah sedikit membaik berkat adanya gencatan senjata.
Sekedar mengingatkan, rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,8% ke Rp 16.354 per dolar Amerika Serikat pada Selasa (24/6). Pada hari sebelumnya, rupiah terus melemah ke Rp 16.492 per dolar AS.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa ini tidak menghilangkan potensi risiko di masa depan yang dapat menimbulkan gejolak.
“Rupiah melemah didorong risk off keluar dari surat berharga di minggu lalu, meningkatkan risiko terhentinya penurunan suku bunga,” ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, Selasa (24/6).
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.354 Per Dolar AS pada Hari Ini (24/6)
Lebih lanjut, Banjaran menegaskan bahwa BI akan berusaha menjaga yield kurva tetap menarik tanpa memberikan beban tambahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia percaya bahwa langkah ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian yang ada.
Terkait proyeksi Cadangan devisa, Banjaran menyebutkan bahwa posisi terakhir berada di angka 152,5.
“Saya rasa range nya bisa melebar tetapi kembali bergerak di angka 151-153 pada tahun ini,” jelas Banjaran.
Proyeksi ini menunjukkan bahwa meski menghadapi tantangan, Cadangan devisa diharap tetap stabil dalam jangka pendek.
Selanjutnya: Harga Emas Turun ke Level Terendah Dua Pekan Setelah Trump Umumkan Gencatan Senjata
Menarik Dibaca: Cleofest dan Roccommunity 2025 Hadirkan Edukasi bagi Para Pecinta Hewan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News