kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Surat edaran MA dinilai berikan kepastian hukum atas praktik yang tidak konsisten


Rabu, 08 Desember 2021 / 20:03 WIB
Surat edaran MA dinilai berikan kepastian hukum atas praktik yang tidak konsisten
ILUSTRASI. Surat edaran MA dinilai berikan kepastian hukum atas praktik yang tidak konsisten


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penerapan beberapa Ketentuan Dalam Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Surat edaran ini ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia dan ditandatangani Ketua Mahkamah Agung Muhammad Syarifuddin pada 29 November 2021.

Pada petikan surat edaran itu, Ketua MA menyatakan surat ini untuk menjamin ketepatan, kepastian dan kesatuan penerapan hukum dalam penanganan tindak pidana di bidang perpajakan. 

Baca Juga: Surat Edaran Mahkamah Agung: Korporasi bisa dijerat pidana perpajakan

Pengamat Pajak Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menilai, surat edaran ini relevan dengan kondisi saat ini, karena sejauh ini yang diuntungkan dari tindak pidana pajak adalah korporasi. 

Dalam pengalamannya, ia mengungkapkan tidak ada oknum individu, misalnya direksi yang melakukan tindak pidana pajak tapi yang menikmati hasilnya untuk pribadi. “Atau saya belum menemukan kasusnya,” katanya kepada Kontan, Rabu (8/12).

Menurutnya malah yang pernah terjadi sebaliknya, atau orang pribadi yang disuruh bertanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh perusahaan.

Baca Juga: Utang pemerintah Indonesia di era Jokowi naik lagi, per September 2021 Rp 6.711 T

“Dia tak tau masalahnya, baru diangkat, lalu ada permasalahan pajak, dan disuruh tanggung jawab. Kan kasihan,” ungkapnya. 

Fajry juga menambahkan, bahwa adanya surat edaran ini adalah akan menjadi ancaman bagi perusahaan yang melakukan tindak pidana perpajakan. Namun, apabila perusahaan itu sejauh ini patuh, maka tidak akan menjadi masalah. 

Baca Juga: Soal SE tentang pidana perpajakan, ini kata Mahkamah Agung

“Selain itu, surat edaran ini juga memberikan kepastian atas pengadilan negeri mana yang memiliki kewenangan, kedudukan penyidik atau kedudukan penuntut umum,” kata Fajry. 

Ia juga beranggapan, kalau surat edaran ini memberikan kepastian hukum atas praktik yang selama ini tidak konsisten. Akan tetapi, ia menilai surat edaran ini masih perlu analisis lebih mendalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×