CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sumatera menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia


Selasa, 11 November 2014 / 15:24 WIB
Sumatera menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Sayur dan buah makanan yang baik dikonsumsi penderita diabetes dan tekanan darah tinggi.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

BANDUNG. Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan III 2014 hanya tumbuh 5,01% atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang berhasil tumbuh 5,1%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang terjadi di Indonesia ini salah satunya dikarenakan adanya perlambatan ekonomi di Sumatera.

Pertumbuhan ekonomi di Sumatera selama tiga triwulan terakhir terus mengalami penurunan. Pada triwulan I Sumatera tumbuh 5,4% kemudian turun ke level 4,9% pada triwulan II dan terakhir hanya 4,5% pada triwulan III.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, penurunan pertumbuhan yang terjadi di Sumatera sebagai akibat kinerja ekspor yang lesu. Ekspor Sumatera terbatas karena masih rendahnya harga komoditas perkebunan.

Misalnya di Provinsi Aceh yang hanya tumbuh 2,7% pada triwulan III 2014. Pasalnya ekspor barang-barang seperti migas, kelapa sawit, karet dan batubara sedang turun.  "Provinsi yang punya ketergantungan pada komoditi terkena imbas," ujar Agus dalam konferensi pers "Perekonomian Daerah: Perkembangan Terkini, Risiko, dan Tantangan ke Depan di Bandung, Selasa (11/11).

Kontribusi Sumatera untuk pertumbuhan Indonesia mencapai 25%. Maka dari itu, pertumbuhan yang drop di wilayah Barat Indonesia sangat mempengaruhi perekonomian secara nasional.

Selain Sumatera, Provinsi DKI Jakarta juga mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun hanya tipis. Apabila pada triwulan II 2014 ekonomi DKI Jakarta tumbuh 6,3%, pada triwulan III turun menjadi 6,0%. Menurut Agus, penurunan pertumbuhan pada ibukota Indonesia ini terjadi pada sektor konstruksi. 

Wilayah Jawa sendiri secara keseluruhan tumbuh stabil pada level 5,6% pada triwulan III. Meskipun wilayah Sumatera dan DKI Jakarta mengalami penurunan, wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada triwulan I 2014 KTI tumbuh 4,7%, kemudian naik menjadi 4,9% pada triwulan II dan 5,1% pada triwulan III. "Ekspor KTI kembali membaik pasca keluarnya izin ekspor mineral," tandas Agus.

Kedepannya, BI melihat secara keseluruhan hingga akhir tahun ekonomi keseluruhan tahun 2014 akan lebih lambat dibanding tahun 2013. Hal ini karena melemahnya kinerja ekonomi pada wilayah Jawa (kecuali Jakarta) dan Sumatera. Untuk DKI Jakarta sendiri, diperkirakan dapat tumbuh relatif stabil pada kisaran 6,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×