Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Edy Can
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III sebesar 5,01%. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II yang sebesar 5,12%.
Kepala BPS Suryamin mengatakan nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp 745,6 triliun berdasar Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Bila dibanding periode yang sama tahun 2013 lalu, PDB Indonesia tercatat Rp 710,0 triliun berdasarkan ADHK. "Dari triwulan I sampai triwulan III 2014 pertumbuhan Indonesia dibanding periode yang sama tahun lalu tumbuh 5,11%," ujar Suryamin dalam konferensi persnya di Jakarta, Rabu (5/11).
Data BPS ini klop dengan prediksi Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Sebelumnya, dia memprediksikan ekonomi Indonesia triwulan III hanya akan tumbuh 5%.
Pertumbuhan yang lebih rendah ini karena beberapa hal. Ekspor Indonesia yang masih lesu karena harga komoditi yang turun. Investasi pun turun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tiga golongan impor yaitu impor bahan baku/penolong, barang modal dan konsumsi mengalami penurunan.
Apabila pada Januari-September 2013 impor bahan baku/penolong mencapai US$ 106,82 miliar, maka pada periode yang sama tahun ini hanya US$ 102,8 miliar. Impor barang modal hanya US$ 22,11 miliar atau turun 6,87% dibanding tahun lalu yang mencapai US$ 23,74 miliar.
Tidak heran apabila kemudian impor besi dan baja beserta mesin dan peralatan mekanik pertumbuhannya minus hingga 18,45% dan 2,67%. Impor barang konsumsi yang tadinya US$ 9,79 miliar pada Januari-September tahun lalu, untuk tahun ini susut menjadi US$ 9,47 miliar.
Berkaca pada data terbaru BPS tersebut, tidak heran ekonomi Indonesia belum bisa bergerak. Berharap pada belanja pemerintah, Bambang mengakui belum bisa dilakukan. "Belanja pemerintah pun belum. Nanti baru di triwulan IV kelihatannya," ujar Bambang, Selasa (4/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News