kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok Pangan Aman, Rata-Rata Ketahanan Bahan Pangan Nasional di Atas 1 Bulan


Minggu, 06 Maret 2022 / 15:12 WIB
Stok Pangan Aman, Rata-Rata Ketahanan Bahan Pangan Nasional di Atas 1 Bulan
ILUSTRASI. Kementerian Perdagangan memastikan, stok bahan pangan pokok aman dengan rata-rata ketahanan di atas 1 bulan.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan memastikan, stok bahan pangan pokok aman dengan rata-rata ketahanan di atas 1 bulan. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebut, pihaknya terus memastikan agar ketersediaan 12 bahan pangan pokok dapat selalu di atas satu bulan.

"Stok semua Insya Allah aman, semua bahan pangan pokok terutama 12 kebutuhan pokok, pemerintah pastikan ketersediaan 12 komoditi semua di atas 1 bulan ketahanannya," kata Oke dalam diskusi virtual, Minggu (6/3).

Secara umum, tren harga barang kebutuhan pokok juga relatif stabil. Meski terdapat beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya. Misalnya saja bawang, cabe dan kedelai.

Harga bawang merah naik hampir 20% menjadi Rp 37.000 per kilogram secara nasional. Oke menjelaskan, penyebab kenaikan harga bawang merah karena tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi saat panen, sehingga produktivitas turun sekitar 50% menjadi 4 ton per hektare.

Baca Juga: Gelar Operasi Pasar, Menko Airlangga Pastikan Stabilitas Harga Pangan Tetap Terjaga

Kemudian, harga cabe merah keriting naik 45% menjadi Rp 50.500 perkilogram, cabe merah besar naik 38% menjadi Rp 47.300 perkilogram dan cabe rawit merah naik 43%. Untuk cabe berdasarkan informasi dari asosiasi cabe Indonesia kenaikan harga cabe disinyalir lantaran, tertundanya masa pemetikan karena curah hujan yang tinggi di sentra produksi.

Oke melanjutkan, untuk harga kedelai naik 7,5% menjadi Rp 11.500 di tingkat pengrajin dan di tingkat eceran di atas Rp13.000.

"Kenaikan kedelai merupakan dampak dari kenaikan harga kedelai dunia. Disinyalir akibat turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan, serta tentunya kalau kedelai kita itu dari Amerika kita tahu di Amerika biaya produksi menjadi lebih tinggi karena terjadinya inflasi dan batasan pergerakan gara-gara pandemi," jelasnya.

Meski secara umum ketersediaan bahan pangan pokok masih aman, Oke mengatakan, mendekati bulan puasa dan lebaran ada beberapa komoditi memang harus diperhatikan ketersediaannya terutama daging.

"Bulog saat ini hanya bisa memasukkan untuk daging beku yaitu 10.000 ton pada bulan Februari dan awal Maret ini sudah mulai masuk. Mungkin nanti akan masuk kembali sehingga untuk puasa dan lebaran ini diharapkan ada tetap opsi bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber protein hewani yang murah," ujarnya.

Kenaikan harga daging segar disebabkan faktor dari Australia karena mayoritas daging segar di Indonesia dipasok dari sana. Akhir-akhir ini terjadi depopulasi dan saat ini Australia sedang melakukan repopulasi. Sehingga ada pembatasan-pembatasan di tengah permintaan yang meningkat. Harga sapi hidup dari naik meningkat dan menyebabkan harga daging segar di Indonesia meningkat hingga di atas Rp130.000 per kg.

Kemudian untuk gula, Oke mengatakan, harga saat ini dipengaruhi biaya produksi gula di dalam negeri yang tinggi. Sementara alokasi gula impor rupanya belum bisa menolong harga di dalam negeri. Hal tersebut karena saat ini masih terkendala dengan biaya logistik yang tinggi.

"Gula impor tidak bisa juga membantu meredam harga di dalam negeri. Pemerintah juga sedang melihat kembali melihat situasi yang terakhir menyesuaikan harga acuannya," imbuhnya.

Baca Juga: Sebanyak 12.000 Ton Daging Impor Bulog Telah Tiba di Tanjung Priok

Sedangkan untuk kedelai, Oke menyebut, pihaknya telah bicara dengan importir untuk tetap melakukan impor meski harganya tinggi. Pasalnya ketersediaan kedelai domestik sangat bergantung dengan pasokan impor. Oke mengungkapkan, para importir sempat ingin menghentikan importasi kedelai akibat dari harga kedelai dunia yang tinggi.

"Lebih baik tersedia walaupun harga tinggi. Karena 150.000 perajin tahu tempe itu sangat tergantung dari ketersediaan kedelai. Kalau kedelai tidak tersedia itu berbahaya bagi keberlangsungan para pengrajin usahanya," ungkap Oke.

Pemerintah memastikan, sampai puasa dan lebaran nanti ketersediaan kedelai di dalam negeri terpenuhi. Selain itu, pemerintah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa akan terjadi penyesuaian harga sebesar Rp 11.300 - Rp 12.000 per kilogram di tingkat pengrajin. Adapun kebutuhan kedelai secara nasional tahun ini dikisaran 240.000 ton per bulan.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Belum Turun, Ikappi: Rapor Merah Bagi Mendag

Oke mengatakan, informasi dari Kementerian Pertanian, produksi kedelai di dalam negeri terjadi penurunan yaitu menjadi 250.000 ton per tahun dari sebelumnya 400.000 ton. Maka mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia didatangkan dari luar negeri.

"Kami sudah pastikan kepada para importir untuk tetap menyediakan sebanyak 240.000 ton per bulannya dan terus mengalir dan itu kita jamin sampai akhir tahun mereka kita pastikan jamin sampai akhir tahun," jelasnya.

Dari analisis Kemendag, di luar kondisi yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina, diprediksi pada Juni mendatang harga kedelai sudah dapat kembali turun. Hanya saja, Oke berharap, konflik Rusia dan Ukraina tak berpengaruh secara signifikan pada harga kedelai dunia.

Oke menambahkan, untuk minyak goreng sejak 14 Februari pihaknya telah mengalokasikan dan mendistribusikan lebih dari 300 juta ton. Bahkan diperkirakan sampai akhir minggu ini sudah dipasok 340 juta ton.

"Harusnya banjir dan aman. Jadi sampai ke wilayah pasokan sudah dialirkan ternyata bendungan sudah penuh kok irigasi ga lancar. Irigasi yang ga lancar yang sebabkan ada dampak aliran enggak lancar," jelasnya.

Oke menyebut, masalah kelangkaan minyak goreng bukanlah dari ketersediaan. Melainkan masyarakat sulit mendapatkan minyak goreng dengan harga eceran tertinggi.

Baca Juga: Mengukur Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Ekonomi Makro Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×