kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani Waspadai Tantangan yang Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi pada 2023


Rabu, 31 Agustus 2022 / 19:56 WIB
Sri Mulyani Waspadai Tantangan yang Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi pada 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Kamis (11/8/2022). Sri Mulyani Waspadai Tantangan yang Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi pada 2023.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI telah menyepakati asumsi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023, salah satunya adalah target pertumbuhan ekonomi yang disepakati sebesar 5,3% secara tahunan atau year on year (yoy).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun depan sebesar 5,3% yoy menggambarkan adanya optimisme. Terlebih lagi sampai di kuartal II-2022 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi dan momentumnya masih akan terus berjalan.

"Oleh karena itu, untuk mencapai beberapa level dari asumsi makro untuk 2023, memang akan dibutuhkan suatu kebijakan yang terus dinamis," ujar Sri Mulyani kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu (31/8). 

Baca Juga: Pemerintah dan DPR Sepakati Asumsi Makro 2023, Inflasi Dikerek Jadi 3,6%

Bendahara Negara tersebut mengatakan, pertumbuhan ekonomi di tahun depan masih akan dihantui oleh berbagai tantangan, mulai dari pengetatan likuiditas, kenaikan suku bunga acuan yang dapat menyebabkan beberapa faktor baik dari sisi permintaan yang juga akan menurun akibat perekonomian Indonesia terutama di negara maju yang akan mengalami pelemahan bahkan mengalami resesi.

"Ini yang perlu untuk kita waspadai di tahun depan," katanya.

Di sisi lain, pemerintah juga akan merespons berbagai tantangan untuk menjaga stabilitas harga.

Baca Juga: Asumsi Inflasi pada Tahun 2023 Dikerek Menjadi 3,6%, Ini Penjelasan Bos BI

Selain itu, Sri Mulyani berharap dengan adanya kebijakan moneter dan respons kebijakan di negara-negara maju, pressure harga-harga komoditas akan lebih soft namun unsur geopolitik masih akan memegang peranan sangat penting terutama untuk komoditas energi dan pangan.

"Kalau energi semua kita tahu, gas dan minyak dan kemudian pangan itu juga berhubungan dengan beberapa komoditas penting dunia termasuk pupuk yang juga akan mempengaruhi. Faktor ini yang harus terus kita perhatikan dalam kita mengawal dan mengamankan pertumbuhan ekonomi di tahun depan," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×