CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.827   12,00   0,08%
  • IDX 7.309   -13,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.117   -3,07   -0,27%
  • LQ45 886   1,94   0,22%
  • ISSI 221   -0,98   -0,44%
  • IDX30 454   1,22   0,27%
  • IDXHIDIV20 546   0,97   0,18%
  • IDX80 128   -0,26   -0,20%
  • IDXV30 137   0,10   0,08%
  • IDXQ30 151   0,09   0,06%

Sri Mulyani Tak Risau Indonesia Alami Deflasi Lima Bulan Beruntun. Ini Alasannya


Jumat, 04 Oktober 2024 / 15:00 WIB
Sri Mulyani Tak Risau Indonesia Alami Deflasi Lima Bulan Beruntun. Ini Alasannya
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) berjalan menuju ruangan konferensi pers di Jakarta, Senin (23/9/2024). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait Indonesia yang mengalami deflasi lima bulan beruntun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait Indonesia yang mengalami deflasi lima bulan beruntun.

Sri Mulyani menganggap, kondisi tersebut merupakan perkembangan yang positif, lantaran deflasi yang terjadi didorong oleh penurunan harga pangan, terutama komoditas bergejolak.

"Kalau deflasi lima bulan ini terutama dikontribusikan oleh penurunan harga pangan, itu menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif," ujar Sri Mulyani kepada awak media di Kantor Kemenkeu, Jumat (4/10).

Menurutnya, hal tersebut akan menentukan daya beli masyarakat, terutama di masyarakat kelompok bawah sebagai konsumen.

Baca Juga: Sri Mulyani dan Airlangga Kompak Beri Sanksi Pemda yang Manipulasi Data Inflasi

"Di mana pangsa atau peranan dari makanan pengeluaran untuk makanan itu paling besar. Jadi kalau harga pangan stabil atau bahkan menurun, karena waktu itu memang sempat meningkat, itu adalah hal yang positif," katanya.

Jika inflasi dilihat dari komponennya, Sri Mulyani menyebut, inflasi inti (core inflation) yang merupakan indikator permintaan atau agregat demand masih berada di level 2%.

"Ini artinya demand masih tinggi. Meskipun di situ juga ada harga emas, di mana kenaikan harga emas dalam core inflation pasti mempengaruhi," imbuh Sri Mulyani.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12% secara bulanan atau month to month (mtm). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% mtm.

Baca Juga: Deflasi Lima Bulan Beruntun, Pendapatan Emiten Konsumer & Ritel Diprediksi Tertekan

Selanjutnya: Kemenhub Hibahkan Skybridge Bojonggede ke Pemkab Bogor

Menarik Dibaca: Resep Sup Ayam Tauco Halal, Terinspirasi dari Menu Swike Khas Jatiwangi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×