Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve akan mulai memperketat kebijakan moneter alias tapering off pada bulan Maret mendatang. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kini ekonomi Indonesia sudah mulai tangguh dan memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi tapering off pada Maret mendatang.
Optimisme tersebut sejalan dengan performa neraca pembayaran Indonesiayang mampu menjaga keseimbangan eksternal. Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan dalam 20 bulan berturut-turut hingga Desember 2021, dan menjadi rekor dalam 14 tahun terakhir.
“Kondisi tersebut meningkatkan kemampuan dan ketahanan ekonomi dalam negeri. Kinerja ekspor pun terus meningkat, yang pada Desember 2021 tumbuh hingga double digit. Kinerja ekspor nonmigas bahkan telah melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19,” tutur Sri Mulyani dalam acara Mandiri Investment Forum 2022 secara virtual, Rabu (9/2).
Baca Juga: Sri Mulyani Yakin Tax Amnesty Jilid II Akan Dukung Konsolidasi Fiskal pada Tahun 2023
Sri Mulyani juga optimistis kemampuan cadangan devisa untuk membiayai impor dan cicilan utang luar negeri masih akan di atas standar cakupan internasional.
Ini juga akan menjadi sinyal ketahanan ekonomi Indonesia dari risiko eksternal balance, trade account, current account balance, dan cadangan devisa yang semakin kuat. Sehingga membuat Indonesia menjadi lebih siap terhadap efek tapering.
Menurutnya, kondisi itu berbeda dengan tahun 2013 dan 2015 ketika tapering off terjadi. Sebab, saat itu Indonesia belum memiliki kemampuan ekstra terhadap keseimbangan eksternal sehingga tapering menimbulkan kerentanan.
“Tapering kali ini setidaknya terlindung oleh kemampuan kita untuk menciptakan keseimbangan eksternal yang jauh lebih kuat, yaitu pada neraca pembayaran, baik dalam bentuk surplus perdagangan maupun surplus transaksi berjalan, serta tingkat cadangan yang kuat,” imbuh Sri Mulyani.
Baca Juga: Kemenkeu Yakin Defisit APBN 2022 Bisa Ditekan Mendekati 4% PDB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News