Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kehadiran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) digadang-gadang bisa membawa berkah bagi prospek investasi di Tanah Air.
Pada muaranya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terdorong apabila cita-cita didirikannya Danantara berhasil.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peranan Danantara akan sangat menentukan apakah investasi di Tanah Air akan meningkat atau tidak.
Menurutnya, apabila investasi dari Danantara yang memang milik pemerintah lebih dominan, maka akan menghambat investasi swasta yang masuk.
Baca Juga: Bidik Pertumbuhan Konsumsi 5,5% di 2026, Sri Mulyani Soroti Pentingnya Gaji Layak
“Karena Danantara itu state own (milik negara), kalau dominan tanpa bisa meng-attract maka yang terjadi crowding out.,” tutur Sri Mulyani saat melakukan Rapat Kerja Dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (3/7).
Sementara itu, apabila investasi Danantara mampu menarik investasi swasta lebih banyak, maka Danantara bisa menjadi katalis bagi perekonomian.
“Jadi ini adalah sesuatu yang perlu terus disampaikan, kami telah berkomunikasi terus dengan tim Danantara,” tambahnya.
Sebelumnya, Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono menilai, apabila Danantara akan difokuskan untuk berinvestasi di dalam negeri, maka bisa terjadi crowding out.
Ini merupakan kondisi ketika peningkatan belanja pemerintah menyebabkan penurunan aktivitas sektor swasta.
Baca Juga: Sri Mulyani Akui Investasi Harus Tumbuh 3 Kali Lipat agar Ekonomi Tumbuh 5,8% di 2026
“Danantara, kalau dia berfokus investasi dalam negeri, which is itu semakin clear sekarang. Karena akan investasi ke hilirisasi, dan lain sebagainya. Ini berarti dia akan men-crowd out (mematikan) investasi swasta yang semestinya tadi bisa hadir di situ,” tutur Riandy dalam agenda, Danantara: Harapan Baru atau Potensi Masalah Baru?, Selasa (25/2).
Permasalahan lain, karena dana yang diinvestasikan Danantara merupakan dana APBN dan bukan dana berlebih alias dana shifting. Sehingga ada risiko apabila ada kegagalan dalam investasi tersebut.
Meski demikian, apabila dana yang dikelola Danantara akan diinvestasikan ke luar negeri, maka akan terjadi kebocoran dana, karena uang tidak berputar di dalam negeri.
Baca Juga: Anggaran Subsidi LPG 3 Kg Dipangkas, Berpotensi Timbulkan Gejolak di Masyarakat
Meski demikian, tersiar kabar diproyeksikan akan mendapat pendanaan baru sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 162,35 triliun (asumsi kurs Rp 16.240) pada Juli 2025 ini. Pendanaan tersebut berasal dari perbankan luar negeri.
CEO Danantara Rosan Roeslani menyampaikan, sejak diluncurkan oleh Presiden Prabowo pada 24 Februari 2025, Danantara Indonesia telah menunjukkan capaian signifikan dengan kerja sama investasi internasional senilai US$ 7 miliar atau setara Rp 113,64 triliun yang berasal dari Qatar, Rusia, China, dan Australia.
"Kepercayaan itu sangat-sangat luar biasa dari luar negeri dan kita pun masih menjajaki beberapa kerja sama lain dan juga pendanaan lain," ujar Rosan sebagaimana dilansir siaran pers Sekretariat Presiden, Selasa (1/7/2025).
Selanjutnya: Sektor Infrastruktur Masih Lemas, Begini Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Moms Wajib Tahu, Ini Sederet Fakta Tarik Tunai Kartu Kredit 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News