Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pada tahun 2023 momentum pemulihan ekonomi akan tetap bisa berjalan. Namun Sri Mulyani mengingatkan masih ada risiko baru yang berkaitan dengan dinamika kondisi global.
Bendahara Negara tersebut menyampaikan hasil pertemuannya di Islamic Development Bank yang membahas mengenai risiko global dan menjadi bahan pembahasan dalam Governor’s Roundtable.
“Dimana kita membahas mengenai munculnya risiko terutama dari sisi kenaikan inflasi karena harga-harga energi dan pangan yang akan menyebabkan pengetatan dari moneter,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Rabu (8/6).
Sri Mulyani menyatakan bahwa isu inflasi dan dinamika dunia ini diperkirakan akan terus diperbincangkan di forum-forum ekonomi dan keuangan global, termasuk dalam pertemuan G20.
Baca Juga: Kemenkeu: Bank Dunia Menilai Ekonomi Indonesia Resilien di Tengah Risiko Global
Ia mengatakan, para peserta forum sependapat bahwa kontribusi sisi produksi atau supply pada inflasi dunia saat ini lebih dominan dibandingkan konstribusi dari sisi demand atau permintaan.
“Implikasi kebijakannya adalah kalau kebijakan makro yaitu fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat yang tujuannya akan lebih cepat mempengaruhi sisi demand, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah sisi supply-nya. Karena persoalan awalnya adalah dari sisi supply yaitu produksinya terkena disrupsi akibat perang maupun pandemi,” kata Menkeu.
Sehingga menurutnya, dinamika antara demand dan supply, serta instrumen yang dianggap paling tepat untuk bisa menyelesaikan potensi kemungkinan terjadinya stagflasi tanpa menimbulkan risiko ekonomi yang sangat besar akan terus menjadi pembahasan di level global hingga tahun 2023.
Lebih lanjut Sri Mulyani juga menegaskan bahwa kondisi perekonomian dunia pada saat ini dipengaruhi dari sisi disrupsi supply yang berasal dari perang dan ketegangan geopolitik.
Menurutnya, kenaikan suku bunga dan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga hal ini harus dikelola dengan sisi respons dan instrumen yang tepat.
Baca Juga: APBN Berisiko, Pemerintah Tak Bisa Terus-Terusan Tahan Kenaikan Harga BBM
“Akan ada dampak spillover, kalau harga energi sama harga pangan naik seluruh dunia maka pressure untuk inflasi semakin tinggi. Jadi pressure terhadap inflasi yang tinggi itu tidak ada diskriminasi, semua negara mengalamin,” kata Sri Mulyani saat ditemui awak media di gedung DPR RI, Rabu (8/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News