kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkeu: Bank Dunia Menilai Ekonomi Indonesia Resilien di Tengah Risiko Global


Rabu, 08 Juni 2022 / 18:22 WIB
Kemenkeu: Bank Dunia Menilai Ekonomi Indonesia Resilien di Tengah Risiko Global
ILUSTRASI. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menjadi salah satu yang paling resilien, di tengah berbagai macam risiko ekonomi global.

Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP),  memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di kisaran 5,1% untuk tahun 2022, atau hanya turun 0,1% dari proyeksi sebelumnya.  

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, proyeksi ini masih berada dalam kisaran outlook Pemerintah yakni 4,8% -5,5%. Dalam laporan GEP June 2022 tersebut, Bank Dunia mengemukakan bahwa perekonomian Indonesia akan mendapat dorongan dari kenaikan harga komoditas.

Menurutnya, perekonomian Indonesia terus menunjukkan resiliensi di tengah gejolak global yang terjadi. Selain menjadi salah satu dari sedikit negara yang dapat mengembalikan output ke level prapandemi sejak tahun 2021.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Berpotensi Capai 5% di Tengah Kenaikan Harga Komoditas

“Kinerja ekonomi domestik di tahun ini juga terus menguat antara lain didukung situasi pandemi yang terus terkendali,” tutur Febrio dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/6).

Selain itu, situasi pandemi yang kondusif juga menjadi salah satu prasyarat penting agar confidence masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sosial terus terjaga. Salah satu cara yang akan terus ditempuh adalah mendorong vaksinasi yang kini sudah mencapai 74,2% populasi untuk dosis pertama dan 62,1% untuk dosis lengkap.

Febrio mengatakan, APBN juga akan terus diarahkan untuk menjadi instrumen penting merespons dinamika ekonomi yang terjadi, termasuk menjadi peredam syok (shock absorber).

Di tengah peningkatan risiko global, APBN akan terus diarahkan untuk memastikan terlindunginya daya beli masyarakat khususnya kelompok yang rentan serta terjaganya pemulihan ekonomi.

“Saat ini, risiko perekonomian global telah bergeser dari krisis pandemi ke potensi krisis energi, pangan, dan keuangan. Pemerintah Indonesia akan terus menjaga agar kinerja ekonomi domestik terus menguat meski di tengah berbagai tantangan global,” imbuh Febrio.

Meski begitu, proyeksi tersebut berbanding terbalik dengan perkiraan kondisi ekonomi global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini justru kembali direvisi. Bahkan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, akibat eskalasi berbagai risiko.

Bank Dunia dalam laporan GEP Juni 2022, memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9% tahun ini, lebih rendah dari proyeksi Januari sebesar 4,1%. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 jauh melambat, dimana ekonomi global bertumbuh 5,7%.  

Baca Juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Jadi 2,9%

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 tersebut turun signifikan sebanyak 1,2% dari proyeksi sebelumnya di bulan Januari. Langkah ini serupa dengan yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga internasional lain seperti IMF yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,8% di bulan April lalu.

Berbagai risiko global mengalami peningkatan, khususnya pasca terjadinya perang di Ukraina. Konflik geopolitik tersebut telah membuat tekanan inflasi global semakin persisten, terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas energi dan pangan serta disrupsi suplai.

Upaya berbagai negara untuk mengendalikan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dan tajam, terlebih di negara maju seperti AS, juga berpotensi menciptakan pengetatan likuiditas global dan mendorong kenaikan biaya pinjaman (cost of fund). Hal tersebut turut membuat prospek pemulihan ekonomi global ke depan dibayangi oleh tantangan yang besar.

Lebih lanjut, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Bank Dunia ini juga terjadi secara luas di berbagai negara, baik kelompok negara maju maupun berkembang.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 untuk Zona Eropa sebagai episentrum konflik geopolitik mengalami revisi ke bawah sebanyak 1,7% (dari 4,2% menjadi 2,5%), dengan pertumbuhan Rusia diproyeksi akan mengalami kontraksi 8,9% atau turun sangat dalam 11,3% dari prediksi sebelumnya.

Dua perekonomian terbesar dunia, yakni AS dan Tiongkok, juga turut mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2022 masing-masing 1,2% dan 0,8%. Di kelompok negara berkembang, India, Meksiko, dan Thailand juga mengalami penurunan proyeksi yang cukup signifikan yakni 1,2%, 1,3%, dan 1,0%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×