kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani dan Chatib Basri prediksi ekonomi Indonesia bakal masuk resesi


Rabu, 02 September 2020 / 21:04 WIB
Sri Mulyani dan Chatib Basri prediksi ekonomi Indonesia bakal masuk resesi
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) bersama Advisory Board Chairman of Mandiri Institute M. Chatib Basri (kanan) berdialog di Mandiri Investment Forum (MIF) 2019 di Jakarta, Rabu, (30/1)). Dihadiri lebih dari 600 investor dan sekitar 200 nasabah


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengisyaratkan kalau perekonomian Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal III-2020.

Secara teknikal, resesi perekonomian bisa terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.

"Di kuartal III-2020 masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani dalam Rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (2/9).

Baca Juga: Tiga ekonom ini ramal ekonomi Indonesia sudah hampir pasti masuk resesi

Sebelumnya, hal serupa juga diutarakan oleh Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri. Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @ChatibBasri .

"Data google mobility menunjukkan bahwa setelah reopening, aktivitas mobilitas naik tajam, lalu flat dan melambat. Data menunjukkan bulan Juni 2020 - Agustus 2020 terjadi perlambatan. Ini juga konsisten dengan survei @saifulmujani bahwa persepsi orang ekonomi kembali menurun," tulisnya, Minggu (30/8).

Perekonomian kuartal III-2020 diprediksi masih terkontraksi karena beberapa kemungkinan. Pertama, daya beli masyarakat yang melemah. Kedua, perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena alasan kesehatan.

Baca Juga: Jumlah negara yang masuk jurang resesi ekonomi semakin banyak

Ketiga, perubahan perilaku seperti lebih memilih untuk belanja online. Keempat, adanya protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah yang membuat perekonomian tidak bisa beroperasi 100% sehingga skala ekonomi tidak tercapai.

Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor, Chatib melihat kalau break even point tak akan tercapai.

Perusahaan bisa tetap survive selama masih bisa membayar biaya variable seperti gaji, tetapi dia tak akan mendapat keuntungan. Parahnya, perusahaan bisa menjadi zoombie companies.

"Karena itu, tidak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Perekonomian akan stuck, atau pemulihan bakal lambat," jelasnya.

Baca Juga: Investasi saham dianggap jadi pilihan menarik di tengah ancaman resesi, asal...

Mengutip cuitan terbarunya soal kemungkinan resesi yang akan terjadi, Chatib mengatakan kalau saat ini yang paling penting adalah langkah mitigasi dengan ekspansi fiskal.

"Yang paling penting memang bukan soal resesi atau tidak. Yang paling penting, mitigasinya dengan ekspansi fiskal dan defisit APBN 2021 yang 5% mencerminkan itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×