Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tantangan berat yang dihadapi negara berkembang pasca pandemi Covid-19.
Hal ini disampaikannya dalam sesi dialog G7 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting pada Jumat (12/5).
Menurutnya, negara berkembang saat ini masih dibayangi oleh risiko scarring effect dari pandemi Covid-19, juga tensi geopolitik yang masih berlangsung dan risiko dari pengetatan kebijakan moneter global.
“Dalam diskusi tersebut, saya sampaikan bahwa negara berkembang masih mengalami risiko scarring effect sebagai dampak pandemi, tensi geopolitik yang terus menguat, dan efek rambatan dari kebijakan pengetatan moneter,” tutur Sri Mulyani dalam postingan akun instagramnya, @smindrawati, Sabtu (13/5).
Baca Juga: Menteri Bahlil Ajak Negara-Negara Muslim Investasi Hilirisasi di Indonesia
Selain itu, pembiayaan dengan biaya yang tinggi menjadi salah satu tantangan berat. Sehingga menurutnya peran vital G7 dan G20 sangat diperlukan dalam mendorong dan mengharmonisasikan berbagai kebijakan.
Dia menambahkan, Multilateral Development Bank pun perlu meningkatkan kapasitas untuk mengatasi permasalahan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan pandemi.
Adapun Indonesia bersama negara anggota G20 telah membentuk Pandemic Fund untuk menguatkan kemampuan dan kesiapan negara berkembang dalam merespons risiko adanya pandemi selanjutnya secara lebih baik.
Baca Juga: Kunjungan Ke Arab Saudi, Sri Mulyani Beberkan Capaian Presidensi G20 Indonesia
Sementara itu, pembiayaan untuk pengembangan infrastruktur juga perlu mendapat dukungan dari negara maju. Pendanaan infrastruktur yang terjangkau tentu akan sangat membantu negara berkembang dalam memacu pertumbuhan ekonominya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News