Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini
Tidak hanya dinilai terlambat dari target peluncuran awalnya, yaitu kuartal pertama 2019 sejak diumumkan tahun 2018, peluncuran aplikasi itu juga dinilai terlambat dari pesaingnya.
Gojek bahkan telah lebih dulu menjajal bisnis telehealth dengan menggandeng startup lokal seperti Halodoc.
“Gojek akan mengambil pendekatan yang lebih terukur. Sekarang kita berada di waktu yang berbeda, dan kita akan beroperasi dengan tepat," kata co-CEO baru Kevin Aluwi.
Baca Juga: Modalku bersama Golden Gate menyuntik pendanaan series A ke Paper.id
Di Indonesia, reputasi Grab juga menjadi dipertanyakan setelah Co-founder dan CEO Gojek Nadiem Makarim baru-baru ini memutuskan bergabung dengan pemerintahan baru Presiden Joko Widodo.
Menurut pengamat investasi di Singapura, seperti dikutip dari asia.nikkei.com, tentunya penunjukkan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini membuktikan jika Gojek lebih dihormati di Indonesia ketimbang Grab, sehingga secara bersamaan hal itu menaikkan gengsi brand Gojek itu sendiri.
Sebelumnya pendiri Grab, Tan Hooi Ling kepada Nikkei Asian Review pernah mengatakan bahwa pihaknya percaya pemerintah Indonesia bersikap adil dengan menciptakan kesempatan bisnis yang sama bagi semua orang, karena hal itu juga menyangkut kepentingan pemerintah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News