Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong inovasi pembiayaan infrastruktur melalui program Kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) atau public private partnership (PPP) guna mengatasi kesenjangan pembiayaan infrastruktur di dalam APBN.
Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Eko Djoeli Heripoerwanto mengatakan dorongan terhadap KPBU merupakan langkah untuk menutupi kesenjangan pendanaan non-APBN sebesar 70% atau Rp1.435 triliun.
Ia juga mengatakan, kemampuan APBN periode 2020-2024 diproyeksikan hanya mampu memenuhi 30% atau sekitar Rp623 triliun dari total kebutuhan anggaran untuk penyediaan infrastruktur sebesar Rp 2.058 triliun.
Kebutuhan anggaran itu mencakup sektor sumber daya air sebesar Rp577 triliun, sektor jalan dan jembatan Rp573 triliun, sektor permukiman Rp128 triliun, dan sektor perumahan sebesar Rp780 triliun.
Melalui skema KPBU, lanjutnya, badan usaha terikat hubungan kerja sama dengan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang mengacu spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
"KPBU dilakukan mulai dari merencanakan, merancang, mendesain, membangun, membiayai, memelihara dan mengoperasikan. Selama ini kita telah mengenal KPBU dalam pembangunan jalan, diharapkan tahun ini bisa KPBU dalam bidang perumahan," kata Eko dalam keterangan pers, Senin (18/3).
Sebelumnya, Menteri PU Pera Basuki Hadimuljono di Aceh menilai peran serta pihak swasta sangat krusial dalam partisipasi penyediaan program air bersih. Nilai proyek pembangunan program air bersih yang sangat tinggi menjadi alasan utama pemerintah memilih menjalin kerja sama dengan swasta.
Salah satu proyek KPBU yang terakhir ditandatangani adalah SPAM Semarang Barat. Penandatanganan kerjasama dilakukan bersamaan dengan kegiatan Annual Meeting IMF-IWB tahun lalu.
Dalam proyek itu, PT Medco Infrastruktur Indonesia yang didalamnya teradapat Moya Group yang menaungi PT Aetra Air Jakarta, memenangkan tender SPAM Semarang Barat. Nilai investasi Rp 458 miliar dengan jangka waktu kerjasama 2 tahun untuk konstruski dan 25 tahun untuk operasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News