Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan kunjungan wisata tahun ini mencapai 20 juta kunjungan, dengan target devisa US$ 17,6 miliar. Target devisa tersebut digadangkan menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah crude palm oil (CPO) dan mengalahkan devisa dari batu bara.
"Oleh karena itu hari ini membahas bagaimana sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pariwisata," jelas Guberbur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam media briefing di kompleks gedung BI, Senin (18/3).
Media briefing juga dihadiri Menteri Koordinator (Menko) Maritim Luhut Pandjaitan dan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Ketiganya akan membentuk sekretariat pariwisata untuk memantau perkembangan serta mempercepat sinergitas kebijakan pariwisata.
BI dan pemerintah menetapkan 6 langkah strategis kebijakan prioritas. Pertama, mempercepat penyelesaian proyek pendukung pariwisata. Antara lain penyelesaian New Yogyakarta International Airport (NYIA) dan akses runway 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, rapid exit taxiway Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan pengembangan jalan di sekitar destinasi wisata.
Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur tersebut untuk meningkatkan aksesibilitas dan mendukung peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Kedua, mendorong pengembangan atraksi wisata melalui pengembangan pariwisata daerah perbatasan alias cross-border tourism. Melalui penyelenggaraan sejumlah kegiatan wisata secara periodik. Serta mengarahkan atraksi wisata ke quality tourism dengan menetapkan kapasitas daya dukung.
"Di Pulau Komodo, daerah timur dan Danau Toba bisa dorong yang disebut quality tourism di mana jumlah wisata tidak terlalu banyak tapi spending lebih banyak karena longstay," jelas Perry.
Ketiga, meningkatkan kualitas amenitas di daerah destinasi wisata melalui upaya. Antara lain melalui percepatan pembebasan lahan untuk pengembangan amenitas di Danau Toba dan Borobudur; Penyelenggaraan Program Indonesia Bersih di berbagai daerah destinasi wisata.
Serta memastikan ketersediaan uang Rupiah layak edar, termasuk ketersediaan fasilitas anjungan tunai mandiri (ATM), kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA), operasional kanal pembayaran, serta pengembangan elektronifikasi transaksi pelaku pariwisata di destinasi wisata.
Keempat, memperkuat promosi pariwisata nasional untuk meningkatkan lama tinggal (length of stay) wisatawan mancanegara, antara lain melalui promosi digital (marketplace), pengembangan paket wisata, perluasan paket promo wisata (hot deals) di destinasi wisata, serta promosi di beberapa lokasi yang menjadi regional tourism hub.
Kelima, mendorong investasi dan pembiayaan dalam pengembangan destinasi wisata, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta perbaikan dukungan data dan informasi.Dengan penerbitan publikasi standarisasi kegiatan usaha Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) terkait aktivitas pariwisata
Juga penerbitan petunjuk teknis (juknis) penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pariwisata untuk meningkatkan akses pembiayaan, penyusunan kajian terkait insentif dan model pembiayaan untuk pengembangan destinasi wisata. Dan peningkatan kapasitas SDM di daerah destinasi wisata melalui pendidikan vokasi dan program sertifikasi di bidang kepariwisataan.
Keenam, menyusun standar prosedur managemen krisis kepariwisataan dan membentuk forum managemen krisis kepariwisataan daerah (MKK Daerah). Khsusunya untuk antisipasi dan solusi bersama apabila terjadi bencana di sejumlah daerah.
"Sehingga recovery di sejumlah daerah wisata lebih baik," imbuh dia.
Selain keenam butir kesepakatan di atas, rapat koordinasi juga menyepakati untuk tetap melanjutkan komitmen pengembangan destinasi wisata dalam jangka menengah panjang. Antara lain melalui pembangunan infrastruktur, pengembangan atraksi pendukung, dan peningkatan kualitas amenitas; optimalisasi promosi dengan kanal media digital; serta memfasilitasi kemudahan investasi dan peningkatan kualitas SDM.
Luhut juga menyampaikan dengan strategi tersebut, target jumlah kunjungan serta devisa dari wisatawan mancanegara bisa dipenuhi. Bukan angka mustahil, mungkin bisa lebih dari itu," jelas dia.
Arief Yahya juga menyampaikan rasa optimistis yang sama. Berdasarkan data Kempar jumlah kunjungan wisatawan mancangera pada tahun 2018 mencapai 16 juta kali dengan devisa US$ 16 miliar.
Namun angka ini berbeda dengan catatan BI yang sebesar US$ 15,6 miliar. Perbedaan ini terjadi karena BI hanya mencatat melalui pintu utama, sedangkan Kemenpar juga mencatat melalui border. "Tahun ini kita perkirakan US$ 17,6 miliar. Saya harapkan jadi devisa terbesar," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News