CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Sinyal Resesi AS Muncul, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia


Rabu, 07 Agustus 2024 / 08:51 WIB
Sinyal Resesi AS Muncul, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Ekonomi AS berpotensi melambat seiring dengan rilis data jumlah pembukaan lapangan kerja yang tidak sesuai ekspektasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) berpotensi melambat seiring dengan rilis data jumlah pembukaan lapangan kerja yang tidak sesuai ekspektasi, dan meningkatnya jumlah pengangguran di negara tersebut. 

Pelaku pasar pun menilai data-data itu menjadi sinyal awal potensi resesi ekonomi AS. Apabila memang terjadi, perlambatan yang memicu resesi ekonomi AS diyakini bakal berdampak kepada perekonomian Indonesia. 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, salah satu efek yang bakal dirasakan dari ancaman resesi AS ialah pelemahan nilai tukar rupiah. 

Pasalnya, rilis data yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS membuat sikap bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menjadi semakin sulit ditebak. 

Akibatnya, ketidakpastian di pasar uang meningkat, dan membuat investor untuk lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya. 

"Ini efeknya akan banyak investor yang menggeser dananya ke safe haven. Safe haven bisa beragam mulai dari emas atau dollar Amerika Serikat dalam jangka menengah," kata dia dalam diskusi virtual, dikutip Rabu (6/8/2024). 

Perlambatan ekonomi AS pun nantinya akan berdampak terhadap kinerja dagang RI. 

Baca Juga: Merespons Disinflasi dan Deflasi

Bhima menjelaskan, dengan aktivitas ekonomi yang lebih lemah, permintaan dari AS akan menurun, sehingga kinerja ekspor Indonesia bakal terdampak. 

AS sendiri merupakan salah satu mitra strategis perdagangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), AS merupakan negara terbesar kedua tujuan ekspor Indonesia. 

"Jadi kalau permintaan domestik Amerika melemah tentu efeknya juga pada kinerja ekspor Indonesia," ujar Bhima. 

Selain itu, ancaman resesi AS juga berpotensi berdampak terhadap pembiayaan utang pemerintah. Sebab, walaupun Negeri Paman Sam tengah dibayangi resesi, Bhima meyakini, tingkat suku bunga acuan The Fed belum akan turun secara signifikan dalam waktu dekat. 

Menurutnya, tingkat suku bunga The Fed hanya akan turun satu kali sebesar 25 basis poin (bps). Dengan demikian, tingkat suku bunga The Fed tetap tinggi, sehingga imbal hasil atau yield dari obligasi pemerintah AS masih "menarik". 

"Ketika kondisi resesi ekonomi Amerika berdampak pada minat investor membeli surat utang pemerintah, konsekuensinya adalah pembiayaan program pemerintah di tahun 2025 khususnya dan menutup defisit APBN 2024 dan juga utang jatuh tempo yang 2025 itu akan semakin sulit," ucap Bhima. 

Baca Juga: Pasar Tak Tentu, Emas dan Obligasi Bisa Jadi Tempat Parkir


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×