Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pidato kenegaraannya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada hari ini, Jumat (15/8). Ada beberapa refleksi pribadi yang disampaikan SBY selama dua periode memimpin Indonesia.
Pertama, tidak boleh lupa bahwa yang paling penting untuk dibangun adalah sistem demokrasi, politik, dan ekonomi. Dalam demokrasi tidak boleh bergantung pada figur seseorang, namun harus bergantung pada lembaga, peraturan, hukunm dan norma.
"Sejarah mengajarkan kita selama sistem itu kuat maka negara akan kuat, rakyat juga kuat. Tetapi jika sistem itu lemah dan keropos, demokrasi kita akan kembali labil dan mengalami kemunduran," ujar SBY.
Kedua, ke-Indonesia-an harus dijaga. Perjuangan Indonesia di abad ke-21 tidak lagi soal menjaga kemerdekaan, namun soal menjaga ke-Indonesia-an. Tidak ada gunanya jika menjadi semakin makmur dan modern, namun kehilangan yang fundamental dan terbaik dari bangsa yaitu pancasila, bhinneka, semangat persatuan, toleransi, kesantunan, pluralisme dan kemanusiaan.
Terkait dengan hal ini pula, SBY menolak dengan tegas penyebaran paham sesat ISIS di tanah air karena sangat bertentangan bagi jati diri Indonesia. "Indonesia adalah negara berketuhanan, bukan negara agama," tukasnya.
Ketiga, semua masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk mencegah agar jangan sampai demokrasi Indonesia menjadi elitis. Reformasi dimulai sebagai gerakan akar rumput, sebagai ekspresi aspirasi rakyat yang kemudian dijelmakan dalam sistem politik yang sekarang kita anut. "Kita harus menjaga agar gravitasi demokrasi Indonesia terus berkisar pada rakyat," papar pria yang menjabat sebagai presiden sejak 2004 tersebut.
Keempat, jaga momentum bangsa yang positif dan prospektif. Setelah 69 tahun merdeka, Indonesia tampil menjadi demokrasi yang besar, ekonomi yang kuat, pemain internasional yang disegani, serta dengan masa depan yang menjanjikan.
Indonesia bisa bangkit dari berbagai krisis yang beruntun melanda. SBY melanjutkan, pencapaian tersebut bukanlah capaian pribadi dirinya sendiri dan bukan pula capaian pemerintah sendiri. "Ini adalah prestasi sejarah bangsa Indonesia. Kita semua wajib menjaga momentum bangsa yang baik ini dan bahkan meningkatkannya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News