Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Sejumlah lembaga pemeringkat internasional telah menyematkan peringkat layak investasi (investment grade) untuk Indonesia. Hanya Standard and Poor’s Financial Services LLC (S&P) yang belum memberikan peringkat tersebut untuk Indonesia. Hal tersebut pun menjadi pertanyaan para investor (bondholder).
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Loto Srinaita Ginting mengatakan, dalam kunjungan kerja Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ke Amerika Serikat (AS) pada pekan kedua Maret lalu bondholder mengapresiasi perkembangan ekonomi Indonesia.
Tak hanya itu, bondholder juga menanyakan potensi kenaikan peringkat oleh S&P. "Menurut mereka (investor) Indonesia sudah layak investment grade. Jadi dia (investor) mempertanyakan concern S&P. Kalau menurut mereka Indonesia sudah layak investment grade, apalagi yang menjadi penghalang," kata Loto ditemui di Bank Indonesia (BI), Senin (20/3).
Lebih lanjut menurut Loto, bondholder menilai Indonesia memiliki reputasi yang baik dari sisi konsistensi pembangunan. Bondholder juga membandingkan dengan lembaga pemeringkat lainnya, yakni Fitch Ratings dan Moody's yang telah menyematkan peringkat layak investasi untuk Indonesia.
Loto mengaku, selama ini pemerintah telah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan yang dinilai perlu oleh S&P. S&P lanjut Loto, ingin melihat perkembangan pembangunan infrastruktur dan bagaimana implementasi pembangunan infrastruktur dari reformasi subsidi yang telah dilakukan.
Oleh karena itu, rencana kunjungan S&P ke Indonesia Mei mendatang, diharapkan dapat memberikan kabar baik. "Nanti kami tanyakan apa lagi maunya," tambah Loto.
Sebelumnya, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo melihat perkembangan perkonomian Indonesia cukup baik. Salah satunya tercermin menjelang dan pasca keputusan pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) untuk menaikkan suku bunga The Fed, Kamis (16/3) pekan lalu.
Dody bilang, pada hari itu, rupiah ditutup menguat 0,12%. Bagitu juga dengan IHSG yang naik 1,5%. Tak hanya itu, arus modal asing juga masih tercatat masuk (capital inflow). Hingga 13 Maret 2017, besaran capital inflow mencapai US$ 2,1-US$ 2,2 miliar.
Oleh karena itu, persepsi positif investor terhadap Indonesia itu diharapkan menjadi dasar bagi lembaga pemeringkat utang, khususnya S&P, untuk meningkatkan peringkat utang Indonesia ke layak investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News