kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Siap-siap, harga barang dan jasa terbang di Juli


Sabtu, 28 Juni 2014 / 11:08 WIB
Siap-siap, harga barang dan jasa terbang di Juli
ILUSTRASI. Wijaya Karya Bangunan Gedung (Wika Gedung): Pekerja mengerjakan proyek pembangunan gedung


Reporter: Herlina KD, Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Siap-siap harga barang dan jasa terbang tinggi bulan depan. Maklum, di awal Juli ada kenaikan tarif listrik untuk enam pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kemudian lanjut faktor musiman: tahun ajaran baru sekolah di pertengahan Juli dan Lebaran di pengujung Juli.

Kenaikan harga barang dan jasa ini tentu akan memecut laju inflasi. Dan, masih ada satu lagi faktor yang mendorong inflasi berlari kencang, yakni kenaikan uang beredar lantaran pembagian gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan tunjangan hari raya (THR) bagi karyawan swasta. Alhasil, tren inflasi rendah sepanjang lima bulan pertama tahun ini, bahkan tidak tertutup kemungkinan hingga bulan keenam, bakal berakhir.

Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan, angka inflasi pada Juli nanti memang akan lebih tinggi ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Tapi, "Karena tahun ini tak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, inflasi Juli 2014 akan lebih rendah dibanding Juli 2013," katanya kepada KONTAN kemarin.

Catatan saja, pada Juli 2013 lalu, inflasi mencapai 3,29%. Penyebab utamanya, kenaikan harga premium dan solar di akhir Juni 2013. Untuk Juli 2014, Sasmito memperkirakan, laju inflasi akan berkisar 1%. Angka ini sudah menghitung efek kenaikan tarif setrum.

Menurut Eric Alexander Sugandi, ekonom Standard Chartered Bank, kenaikan tarif listrik untuk enam golongan pelanggan PLN akan menyumbang inflasi sekitar 0,2%. Sehingga, bulan depan inflasi ada di level 0,8% hingga 1%.

Juniman, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), menambahkan, setiap kenaikan tarif listrik sebesar 10%, sumbangannya ke inflasi sekitar 0,1% sampai 0,2%. Cuma, dengan banyaknya pemicu inflasi, dia memproyeksikan, inflasi Juli bisa mencapai 1,41%.

Sesuai dengan pola musiman, David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA), menjelaskan, inflasi saat Ramadan dan Hari Raya idul Fitri memang lebih tinggi dari bulan-bulan yang lain. Cuma, "Pada Juli tahun ini sepertinya efek inflasi dari berbagai faktor yakni kenaikan tarif listrik, bulan puasa, Lebaran, dan tahun ajaran baru sekolah akan terefleksi seluruhnya. Sehingga, inflasi bisa ke arah 1%," katanya memprediksi.

Waspada El Nino

Dan, bila tidak ada kebijakan baru lagi dari pemerintah terkait harga (administered price) seperti kenaikan harga BBM bersubsidi, para ekonom memperkirakan Juli akan menjadi puncak tertinggi inflasi bulanan di tahun ini. Tapi, A. Prasetyantoko, ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), mengingatkan masih ada peluang puncak inflasi bakal terjadi di Agustus 2014.

Hanya, "Ini tergantung pada seberapa parah ancaman El Nino (kekeringan) yang bisa membuat kenaikan inflasi dari bahan pangan," ujar dia. Tambah lagi, Juniman mengatakan, efek kenaikan tarif listrik tidak sepenuhnya akan terasa di Juli 2014, tapi sengatannya juga sampai ke Agustus. Soalnya, selalu ada jeda waktu antara implementasi aturan dan dampak inflasinya terutama untuk harga produk.

Meski begitu, para ekonom meyakini setelah Lebaran inflasi akan kembali mereda. Sehingga, sampai akhir tahun nanti mereka memperkirakan inflasi masih bisa dijaga di kisaran 5%, atau sesuai dengan target pemerintah di APBN Perubahan 2014 sebesar 5,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×