Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) menyebut, harga gabah ditingkat petani sudah di atas Rp 6.000 per kilogram (kg). Harga gabah ditingkat petani bervariasi di tiap daerah.
"Bervariasi sekarang, ada Rp 6.000 atau Rp 7.000 bahkan. Yang saya pantau kemarin di Tuban Jatim ada Rp 6.500," kata Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih kepada kontan.co.id, Kamis (7/9).
Kenaikan harga gabah saat ini masih paralel dengan kondisi harga eceran tertinggi (HET) beras saat ini. Sebagai informasi pemerintah menetapkan HET beras berdasarkan zonasi. Untuk Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp 10.900/kg sedangkan beras premium Rp 13.900/kg.
Sementara itu, untuk Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium sebesar Rp 11.500/kg dan beras premium Rp14.400/kg. Adapun zona 3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg.
Henry menjelaskan, harga beras ditingkat petani tinggi lantaran kualitas rendemen yang baik. Hal tersebut membuat gabah petani saat ini dihargai lebih dari Rp 6.000/kg.
"Jarak harga pembelian pemerintah (HPP) dan HET panjang, hampir capai Rp 14.000 untuk beras premium. Kalau dia beli gabah Rp 7.000 dia jual Rp 14.000 ya masih untung," imbuhnya.
Baca Juga: Menilik Efek Kenaikan Harga Beras ke Emiten Produsen Beras
Maka itu, SPI mengusulkan agar pemerintah bisa menaikkan HPP gabah hingga Rp 5.600/kg dan HET beras dapat diturunkan. Selain itu, Henry menilai perlu ada peninjauan pengelompokan beras premium ataupun medium.
"Buat saja harga beras tertinggi misal Rp 12.000 atau Rp 13.000, jadi ruang spekulasi tidak besar. Kondisi sekarang bikin ruang spekulasi dari penggilingan besar ada. Dia bisa beli saat tertentu Rp 6.000 atau misal Rp 7.000 tapi kan dia bisa jual jadi premium saja sampai Rp 14.000. Dan ingat juga penggilingan beli tidak sekarang aja," jelasnya.
Dengan HPP dinaikkan dan HET diturunkan diharapkan bisa mengatasi harta beras yang selalu mengalami fluktuasi. Pasalnya tak banyak gap antara HPP gabah dan HET beras.
Selain itu, SPI berharap agar sektor beras tak hanya dikuasai bebas oleh korporasi-korporasi besar saja. Ia juga meminta pemerintah mendorong tumbuhnya koperasi rice milling.
"Dibatasi itu korporasi besar, bayangkan bukan saja koperasi petani yang tumbang tapi usaha penggilingan padi lainnya tutup," kata Henry.
Baca Juga: Waspadai Kenaikan Harga Beras Bisa Sulut Inflasi Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News