kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai Kenaikan Harga Beras Bisa Sulut Inflasi Tinggi


Rabu, 06 September 2023 / 22:55 WIB
Waspadai Kenaikan Harga Beras Bisa Sulut Inflasi Tinggi
ILUSTRASI. Buruh angkut memindahkan beras ke dalam gudang yang di jual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (19/05). Harga Beras Ugal-Ugalan, Inflasi Bisa Meroket


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga beras di pasar dalam negeri terus melonjak dan dikhawatirkan bisa menyulut inflasi tinggi. 

Ekonom Bank Pertama Josua Pardede mengatakan, harga beras yang melonjak tinggi saat ini memang cukup signifikan berdampak pada inflasi. Pasalnya, beras merupakan komponen penyusun inflasi terbesar, mengingat besarnya konsumsi beras di dalam komponen konsumsi masyarakat.

Josua menyebut, pada akhir Agustus lalu, menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras tercatat sebesar Rp 13.800 per kilogram, naik sebesar 1,8% dibandingkan harga pada akhir Juli 2023.

"Kenaikan harga ini tertransmisi ke inflasi Indonesia, yang pada Agustus lalu beras menjadi komponen penyumbang inflasi terbesar yakni 0,05%," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (6/8).

Baca Juga: Harga Beras Naik, Begini Dampaknya Bagi Emiten Produsen Beras

Beruntung, harga pangan lainnya tercatat mengalami penurunan seperti daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam pada bulan tersebut sehingga secara keseluruhan, kelompok makanan mencatatkan deflasi sebesar 0,07%.

Tren kenaikan harga beras yang saat ini masih berlanjut tentu akan berdampak kepada inflasi Indonesia ke depan.

"Menurut perkiraan kami, setiap kenaikan 1% harga beras akan menyumbang inflasi sebesar 0,03%-0,04% terhadap total inflasi Indonesia," terang Josua.

Sementara itu, Josua menilai dampak fluktuasi harga minyak terhadap inflasi Indonesia masih relatif minimal, mengingat sebagian besar konsumsi masyarakat terhadap produk terkait minyak yakni BBM Pertalite dan Elpiji dikontrol oleh pemerintah.

Dengan demikian, fluktuasi harga minyak akan lebih berpengaruh kepada naik turunnya belanja subsidi energi pemerintah, bukan kepada inflasi. 

Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (6/9) di Pegadaian Kompak Turun

Dirinya memperkirakan inflasi pada tahun ini masih berada di angka 3% untuk akhir tahun 2023. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dinilai sudah cukup efektif dalam meredam gejolak harga, terutama untuk memberikan kepastian pasokan pangan terutama beras di domestik.

"Pemerintah pun telah membentuk tim koordinasi antar wilayah untuk meratakan distribusi berbagai pangan, agar harga pangan lebih terkendali," terang Josua.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita mengatakan, jika kenaikan harga beras tak bisa dikendalikan dalam waktu singkat, maka pengaruhnya tidak terlalu signifikan pada inflasi inti yang menjadi patokan utama Bank Indonesia dan pemerintah.

Baca Juga: Buyung Putra Sembada (HOKI) Klaim Harga Produk Sesuai HET dari Pemerintah

"Dengan kata lain, dari perkembangan harga beras sampai hari ini, inflasi secara umum masih akan berada pada target inflasi pemerintah, yakni 3 plus 1. Peluangnya masih bisa mendekati 4%," katanya.

Kendati begitu, melonjaknya harga beras dan juga kenaikan harga minyak dalam waktu yang bersamaan akan cukup berpengaruh pada inflasi, baik volatile food maupun core inflation dan consumer price index (CPI). Ia memperkirakan, pengaruh keduanya bisa membuat inflasi tahun ini melebihi 4% atau di atas target pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×