kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Sempat tutup 2 hari, Kebun Raya Bogor buka lagi


Selasa, 02 Desember 2014 / 23:03 WIB
Sempat tutup 2 hari, Kebun Raya Bogor buka lagi
ILUSTRASI. Jakarta adalah nama Ibu Kota Republik Indonesia serta akan dijelaskan mengenai asal usul nama Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom.


Sumber: Warta Kota | Editor: Hendra Gunawan

BOGOR. Kebun Raya Bogor (KRB) tutup pada Minggu dan Senin (1/12), tetapi sudah buka kembali pada Selasa (2/12). Penutupan selama dua hari dilakukan karena pepohonan di hutan wisata tersebut tumbang akibat terjangan angin kencang.

"Mulai hari ini, Kebun Raya kembali dibuka untuk umum," ujar Kepala Kebun Raya Bogor Didik Widyatmoko, Selasa pagi. Menurut dia, pada Selasa ini tak ada lagi angin kencang. "Namun, pengunjung tetap harus waspada," ujar Didik.

Didik mengatakan, pepohonan yang tumbang tersebut tak separah kondisi pada 2006, saat 200-an pohon roboh diterjang angin.

"Penutupan sendiri (kali ini untuk) pembersihan di area pohon tumbang dan melakukan penanaman kembali," sebut Didik. Dia mengatakan, Minggu dan Senin, sebanyak 18 pohon tumbang, baik dari jenis tanaman koleksi maupun non-koleksi.

Kebun seluas 87 hektar ini memiliki 33.096 koleksi pohon dari 4.297 jenis, dengan 1.817 di antaranya merupakan tanaman langka. Menurut Didik, setiap tahun selalu ada pohon tumbang. "Bisa karena akar atau batang yang keropos sehingga pohon tidak kuat saat tertiup angin," ujar Didik.

Pohon tidak sehat, lanjut Didik, salah satunya karena air tanah tak tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan pepohonan. Kebun ini sekarang harus berebut air tanah dengan bangunan di sekitarnya.

"Bangunan di sekitar Kebun Raya Bogor, terutama hotel dan restoran, banyak menggunakan air tanah," sebut Didik. (Soewidia Henaldi/Andy Pribadi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×