Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur Indonesia makin menggeliat. Ini tercermin dari peningkatan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 50,9 pada Desember 2022.
Angka ini meningkat 0,6 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,3. Angka ini juga menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terahir dan juga konsisten tetap di level 50,0 selama enam belas bulan berturut-turut.
Meningkatnya manufaktur Indonesia ini didorong oleh kenaikan permintaan atas barang-barang produksi Indonesia. Kondisi permintaan ini menyebabkan kenaikan pesanan baru pada bulan Desember.
Baca Juga: Level Ekspansi IKI Desember Naik, Industri Bahan Kimia Jadi Penopangnya
Hanya saja, kenaikan ini utamanya terpusat pada pasar domestik. Lantaran, permintaan asing kembali mengalami penurunan dikarenakan terbebani oleh penurunan kondisi perekonomian global.
Akan tetapi, tingkat penurunan permintaan baru Internasional jauh lebih lambat dibandingkan pada bulan November.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono tidak heran apabila indeks manufaktur Indonesia pada periode tersebut mengalami kenaikan, hal ini lantaran ada momentum liburan yang biasanya meningkat permintaan.
"Jadi memang kalau Desember itu naik ya wajar, karena ini kan musim libur jadi pasti naik," katanya.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Naik Menjadi 50,9 per Desember 2022
Hanya saja, perlu diantasipasi kinerja sektor manufaktur di tahun ini lantaran berada di tengah ancaman resesi global dan perlambatan ekonomi.
Dirinya memperkirakan, indeks manufaktur Indonesia akan kembali naik pada awal Januari 2023 didorong oleh faktor musiman seperti perayaan imlek.
Namun setelah berakhir momentum tersebut, membuat indeks manufaktur Indonesia berpotensi turun dan akan naik lagi di bulan Maret saat ada momentum puasa dan lebaran.
Di tahun ini, Fajar memperkirakan industri makanan dan minuman masih bisa tumbuh di angka 8%. Tapi, perang Rusia dan Ukraina yang saat ini belum diketahui akan berakhir akan berpengaruh terhadap supply bahan baku pangan.
Baca Juga: Menguat di Akhir Tahun Lalu, Begini Prediksi Rupiah di Awal 2023
"Kalai perangnya gak selesai-selesai, pasti nanti pupuknya berkendala sehingga ini akan mempengaruhi suppy bahan pangan," ucap Fajry.
Untuk itu, Fajar berharap berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah di tahun ini harus lebih pro kepada industri didalam negeri dan neraca komoditas bisa segera diterapkan secara menyeluruh.
Selain itu, kebijakan seperti pajak karbon dan pengenaan cukai plastik dan minuman berpemanis perlu ditunda sampai perekonomian Indonesia semakin pulih.
"Kalau bisa ditunda dulu sampai rekaver ini bangkit," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News